Di mata Sulkarnain, Fauzy adalah anak baik dan mandiri yang tidak pernah menyusahkannya sebagai orang tua. Kepada kedua adik perempuannya, Fauzy tidak pernah berkata kasar.
TIMIKA, Koranpapua.id– Konflik bersenjata yang terjadi di sejumlah wilayah Papua, terus memakan korban, baik dari kalangan TNI-Polri, Organisasi Papua Merdeka (OPM) maupun warga sipil.
Tangisan dan air mata sepertinya tak pernah berhenti. Kabar duka akibat desingan mesiu sepertinya terus saja datang, walaupun hanya terjeda waktu.
Tidak memandang siapa dan dari kalangan mana, peluru berlari begitu saja, sehingga mereka yang beradu strategi di medan laga tidak bisa memastikan, apakah misinya selamat atau berakhir di ujung bedil.
Kabar duka terbaru kini menimpa perwira muda TNI AD, Letda Inf Fauzy Ahmad Sulkarnain yang masih berusia 23 tahun.
Ia dinyatakan gugur dalam kontak tembak dengan anggota OPM di Distrik Kiwirok, Kabupaten Pegunungan Bintang, Papua Pegunungan, Sabtu 11 Oktober 2025.
Letda Fauzy belum lama meniti karir di militer, karena baru dua tahun setelah lulus dari Akademi Militer (Akmil) tahun 2023.
Anak sulung yang lahir di Pangkep, Sulawesi Selatan dan menjadi kebanggaan keluarga itu, kini telah pergi untuk selamanya dan hanya menyisahkan kenangan.
Sehari sebelum dinyatakan gugur, almarhum yang merupakan anggota Satgas Pamtas Statis RI-PNG Yonif 753/AVT, sempat berkomunikasi melalui panggilan video dengan Serma Sulkarnain, ayahnya yang juga merupakan anggota TNI.
“Terakhir komunikasi hari Jumat, dia bertanya kabar, sempat video call. Kami juga menanyakan kabarnya,” ujar Sulkarnain kepada wartawan saat ditemui di rumah duka di Kabupaten Pangkep, Minggu 12 Oktober 2025.
Sulkarin pun masih tidak menyangka anaknya gugur sehari setelah komunikasi terakhir tersebut. Dia mengaku mendapat kabar anaknya gugur pada Sabtu sore.
Ayahnya mengisahkan, Fauzy merupakan anak pertama dan memiliki dua adik perempuan. Dia terakhir kali bertemu anaknya pada Juni lalu saat Letda Fauzy transit di Pelabuhan Makassar menuju Papua.
“Umurnya 24 tahun, masih muda. Dia kelahiran 2001. Dia anak pertama, cita-citanya masuk Akmil sejak sekolah. Terakhir ketemu bulan Juni di pelabuhan Makassar, waktu transit hendak ke Papua,” kenangnya.
Di mata Sulkarnain, Fauzy adalah anak baik dan mandiri yang tidak pernah menyusahkannya sebagai orang tua. Kepada kedua adik perempuannya, Fauzy tidak pernah berkata kasar.
“Anak saya tidak pernah menyusahkan, selama dia hidup dia tidak pernah menyusahkan saya. Dia tidak pernah berkata kasar dan tidak pernah marahi adiknya,” tutur Sulkarnain.
Sulkarnain mengatakan, jenazah putranya itu akan tiba di Pangkep, hari ini Senin 13 Oktober 2025. Rencananya, jenazah putranya akan dikebumikan di TMP Mangilu, Kecamatan Bungoro.
Selamat jalan Kusuma bangsa. Terima kasih atas jasa dan dedikasimu untuk bangsa dan negara. (*)
Penulis: Jessica Putri
Editor: Marthen LL Moru