TIMIKA, Koranpapua.id- Warga Kampung Ayuka dan Tipuka memakai kostum warnawarni, rok rumbai dari serat tumbuhan, dan mahkota manik-manik khas Papua.
Mereka tampil membawakan Tari Seka dalam lomba seni dan budaya yang digelar PT Freeport Indonesia (PTFI) dalam menyambut Hari Ulang Tahun ke-80 Republik Indonesia.
Perlombaan berlangsung di Balai Kampung yang sudah dimulai sejak Rabu 6 Agustus 2025.
Claus Wamafma, Direktur dan Executive Vice President Sustainable Development PTFI, mengatakan, pihaknya bangga bisa mendukung ruang ekspresi seni dan budaya melalui Lomba Tari Seka.
“Lomba Tari Seka ini adalah penghargaan dan upaya pelestarian budaya Papua, khususnya Suku Kamoro yang tinggal di pesisir Mimika,” ujar Claus.
Disampaikan bahwa, Kampung Ayuka dan Tipuka berada di Distrik Mimika Timur Jauh, Kabupaten Mimika, Provinsi Papua Tengah.
Tari Seka adalah tarian suku Kamoro yang melambangkan rasa syukur kepada leluhur, simbol perpaduan kearifan lokal dan nasionalisme.
Jumlah kelompok lomba Tari Seka sebanyak 6 kelompok. Tiap kelompok terdiri dari 10 hingga 12 orang dan total peserta sebanyak 72 orang.
Sementara tim juri dalam perlombaan itu adalah unsur seni dan komunitas lokal.
Mereka adalah Kartini Mitapo pencinta budaya Kamoro asal Kampung Tipuka, Mananeke yang merupakan seniman Kamoro dari Kampung Ayuka, dan Yulius perwakilan dari TNI AD.
Warga menyambut antusias perlombaan ini yang menjadi kesempatan berharga untuk saling bertemu, dan bersapa antara warga, maupun warga dengan karyawan PTFI yang menjadi panitia lomba.
Pengumuman pemenang menjadi saat yang ditunggu-tunggu. Tim Juri mengumumkan para pemenangnya antara lain juara 1 kelompok Ayuka 3 dengan nilai 2.130.
Sementara kelompok Aruka We dari Tipuka 1 dengan nilai 2.120 keluar sebagai juara dua, dan kelompok Ayuka 2 remaja dengan nilai 2.110 menempati juara tiga.
Martinus Mitapo, salah satu peserta kelompok Ayuka 3 sekaligus ketua kelompok tim pemenang lomba, merasa bangga dapat tampil mewakili kelompoknya.
“Kami berlatih selama satu bulan, dan senang sekali bisa menang. Tapi yang paling penting adalah kami bisa menunjukkan budaya kami kepada semua yang hadir di tempat ini,” kata Martinus penuh semangat.
Paulus Polcemuka, Kepala Kampung Tipuka menyampaikan apresiasi atas kepedulian PTFI terhadap warisan budaya lokal.
“Kegiatan seperti ini sangat penting untuk memperkuat budaya dan dapat mengangkat bakat dari anak-anak dan masyarakat dan membuat generasi muda lebih mencintai budaya leluhurnya. Terima kasih kepada PTFI yang terus hadir bersama kami,” ungkapnya.
Lomba Tari Seka menjadi salah satu dari rangkaian kegiatan HUT ke-80 RI di kawasan tersebut, yang diselenggarakan oleh PTFI bersama masyarakat Ayuka dan Tipuka untuk memperkuat kebersamaan dan kecintaan terhadap tanah air melalui pendekatan budaya.
PTFI sebagai perusahaan tambang tembaga terintegrasi dari hulu hingga hilir terbesar di dunia, turut merayakan HUT ke-80 RI.
Sepanjang Agustus, PTFI menyelenggarakan berbagai kegiatan yang mengalirkan semangat nasionalisme dan gotong royong di lima titik lokasi kerja PTFI.
Dari hulu di Papua meliputi Tembagapura, Kuala Kencana, dan Nabire, hingga ke hilir di Gresik, Jawa Timur dan Jakarta.
Di Tembagapura berlangsung beragam lomba dan pentas budaya bersama warga Kampung Banti.
Di Mimika warga antusias mengikuti Bakti Sosial dan Bersih Kampung Ayuka dan Tipuka, serta lomba-lomba untuk anak dan dewasa.
Di Nabire, digelar Operasi Katarak Gratis, Edukasi dan Pemeriksaan Mata Gratis untuk 1.000 anak sekolah, dan pembagian 500 kacamata gratis.
Di Gresik berlangsung donor darah, pelatihan digital UMKM Gresik, serta Konser Melodi Tembaga Nusantara.
Puncaknya adalah Upacara
Peringatan Kemerdekaan RI ke-80 serentak diikuti seluruh karyawan dan kontraktor di lima titik lokasi kerja PTFI.
Seluruh rangkaian kegiatan dilaksanakan dengan penuh semangat gotong royong dan kebersamaan bersama warga sekitar wilayah operasi.
Bersama putra-putri terbaik bangsa, PTFI terus berkontribusi untuk negeri, menjalankan operasi yang aman dan berkelanjutan sebagai wujud syukur atas 80 tahun kemerdekaan Indonesia. (*)
Penulis: Hayun Nuhuyanan
Editor: Marthen LL Moru