TIMIKA, Koranpapua.id- Panti Asuhan Santa Susana Timika, Papua Tengah dibawah naungan Lembaga Kesejahteraan Sosial Anak (LKSA) Yayasan Peduli Kasih Mimika, sejak 15 Oktober 2024 hingga saat ini dihuni 145 anak.
Anak-anak yang ditampung di panti itu terdiri dari 83 laki-laki dan 62 perempuan dari berbagai suku.
Diantaranya Suku Kamoro, Dani, Damal, Moni, Muyu, Biak, Jayapura, Timor, Ambon, Toraja, Menado, Kei Maluku dan Tanimbar.
Dari jumlah yang ada, anak dengan status yatim piatu 34 orang, 53 anak yatim, 35 anak piatu, 15 anak korban broken home dan enam anak titipan dengan alasan khusus akibat konflik keluarga.
Magdalena Ela Nunang, Pendiri Panti Asuhan Santa Susana dalam perayaan syukuran tiga tahun Lembaga Kesejahteraan Sosial Anak (LKSA) Yayasan Peduli Kasih, Senin 9 Desember 2024 menjelaskan, saat ini ada 125 anak yang masuk usia sekolah.
Sebanyak 16 anak TK, 105 orang SD, tiga anak SMP dan satu orang sudah duduk di bangku SMK. Sementara yang belum bersekolah ada 20 anak termasuk lima bayi.
Untuk mendukung proses pembinaan anak-anak ini, Yayasan Peduli Kasih Mimika memiliki 27 aktivis pelaku kasih.
Sementara dalam menjalankan pekerjaan sosial kemanusiaan ini, yayasan selalu berpegang pada motto ‘berdoa, bersabar dan jangan kuatir, diutus bukan untuk sukses tetapi untuk setia menjadi pelayan kasih’.
Perempuan asal Lembata NTT menyampaikan, dalam usia tiga tahun keberdaan LKSA ini, bila diibaratkan dengan seorang anak maka belum bisa berlari kencang.
“Banyak keluarga yang datang untuk mengadopsi anak mereka, tetapi saya sendiri tidak mengijinkan. Disini ada Anjelo yang usianya juga sudah tiga tahun. Anjelo akan tinggal selamanya di panti ini,” ujarnya.
Selain Anjelo, ada juga seorang bayi yang sejak lahir sudah diurus dan dirawat di tempat ini, sehingga mereka berdua akan tetap tinggal dan tumbuh kembang di panti asuhan ini.
Ia menjelaskan dalam mengelola panti selain dibantu 27 pelaku kasih, juga ada empat guru yayasan, satu orang guru TK dan tiga orang mengajar SD.
Panti Asuhan ini dihitung berdasarkan tahun berdiri secara mandiri sudah berusia tujuh tahun dari tanggal 18 Februari 2018 lalu.
Hadirnya panti ini berawal dengan kehadiran seorang anak yang hampir dua tahun tanpa diketahui siapa orangtuanya.
Selain itu, ia mengungkapkan mulai 1 Januari 2025, pihak panti tidak lagi mengambil tenaga pendamping kemanusiaan dari luar, tetapi memanfaatkan tenaga pendamping dari Kementerian Sosial.
Sebagai pengasuh, Magdalena merasa bersyukur walaupun dalam keterbatasan masih ada orang tua yang datang mengantarkan anak-anaknya untuk diasuh di panti asuhan.
Magdalena yakin dan percaya meskipun berjalan dalam keterbatasan, tetapi Tuhan sangat luar biasa melalui tangan-tangan kasih untuk membantu.
Magdalena yang keseharian juga bekerja sebagai Menteri Hewan di Dinas Peternakan Mimika ini mengungkapkan, selama anak-anak hidup di panti tidak saja membuka telapak tangan untuk menerima.
Pihaknya juga membagi dengan para janda, duda maupun kepada orangtuanya dalam bentuk bingkisan kasih.
Kepada semua penghuni panti, Magdalena berpesan tetap menjaga sikap, tutur kata, kelakuan dan jaga hati, pikiran dengan tanpa saling menyakiti supaya berkat itu tetap ada.
“Kalau kita hidup penuh kebencian, amarah, saling baku pukul maka kasih akan menjauh,” pesannya.
Dengan banyaknya anak panti, Magdalena berusaha untuk membagi kasih sayang secara merata.
Meski demikian, sebaik apapun perhatian yang diberikan pengelola panti, jauh lebih baik kasih sayang dan perhatian dari orang tua kandung di rumah. (Redaksi)