TIMIKA, Koranpapua.id- Lembaga Kesejahteraan Sosial Anak (LKSA) Yayasan Peduli Kasih Mimika yang menaungi Panti Asuhan Santa Susana Timika, Provinsi Papua Tengah kini genap berusia tiga tahun.
Lembaga ini diresmikan oleh Pemerintah Kabupaten Mimika pada 9 Desember 2021 setelah Panti Santa Susana berdiri 18 Februari 2018.
Sebagai bentuk ungkapan syukur atas rahmat yang diterima, keluarga besar Panti Asuhan Santa Susana Timika melaksanakan perayaan ekaristi kudus dipimpin RP. Lambert Nita, OFM.
Perayaan syukuran yang bertepatan dengan peringatan Hari Raya Maria Dikandung Tanpa Noda berlangsung di Aula Panti Santa Susana.
Pada perayaan syukur ini mengusung tema ‘berdoa, berharap dan jangan kuatir, diutus bukan untuk sukses tetapi untuk tetap setia pada pelayanan kasih’.
RP Lambert Nita yang juga merupakan pendamping rohani Panti Asuhan Santa Susana dalam kotbahnya menjelaskan, Allah pada awalnya menciptakan Adam dan Hawa manusia pertama untuk tinggal di Taman Eden.
Di dalam taman itu manusia hidup begitu damai tanpa permusuhan dengan segala makluk hidup.
Kepada manusia pertama Allah mempersilakan memakan seluruh buah-buahan yang ada, namun tidak untuk buah pohon yang ada di tengah taman.
Namun Hawa tergiur dengan bujuk rayuan setan melalui ular. Setelah Hawa memetik kemudian makan, ia juga memberikan buah itu ke Adam suaminya.
Namun ketika Adam sedang makan buah itu, ia mendengar Tuhan datang sehingga buah itu menyangkut di lehernya, yang sekarang disebut buah jakun.
Dengan berdua memakan buah terlarang, pada hari yang sama keduanya mulai mengetahui bahwa mereka telanjang. Keduanya merasa bersalah, berdosa karena tidak mentaati larangan.
RP Lamber menuturkan, Maria lahir pada saat orangtuanya sudah tua. Maria merupakan putri tunggal dalam keluarga Santo Yoakim dan Santa Anna.
Maria lahir pada saat musim dingin sehingga kedua orang tua meletakannya di dalam kotak agar supaya mendapat kehangatan.
Pada usia anak-anak masuk sekolah, kedua orangtuanya mengantarkan Maria kepada imam-imam untuk belajar.
Di tempat para imam, Maria bertemu dengan wanita-wanita lain untuk belajar berbagai keterampilan.
Ia bersama wanita-wanita lain mendapat pendampingan dan bimbingan dari orang-orang.
Maria merupakan sosok perempuan yang setia dan taat yang selalu mendengarkan apa yang diajarkan oleh pembimbingnya.
Maria merupakan orang baik dan setia. Karena Tuhan sendiri sudah menyiapkan Maria sejak masih dalam rahim ibunya untuk menjadi orang baik dan suci.
“Ketika Maria dalam suasana duduk berdoa Allah mengutus malaikat untuk membawa kabar kepadanya. Salam wahai Engkau yang dikarunia. Mendengar salam itu Maria sendiri terkejut, karena baru pertama kali mendengar salam seperti ini,” jelas RP Lambert.
Dengan mendengar salam ini, Maria menyadari bahwa dirinya mempunyai karunia dan mendapat tempat paling tinggi karena dimeteraikan oleh Allah.
RP Lambert mengungkapkan semua manusia diberikan karunia dan rahmat yang diperoleh untuk menyuburkan karunia-karunia yang dimiliki.
Oleh Tuhan, Maria diberikan karunia untuk dunia melalui rahimnya yang suci, kudus untuk mengandung dan melahirkan Yesus.
Maria setia membimbing, membesarkan dan mendampingi Yesus hingga dibawah kaki salib di Golgota.
Ia menjelaskan jika Hawa perempuan pertama berdiri di bawah pohon memakan buah terlarang setelah tergiur dengan rayuan setan melalui ular.
Sementara Maria berdiri teguh penuh setia mendampingi putra-Nya di kaki salib untuk menebus dosa-dosa manusia.
Maria berdiri menerima rahmat penebusan dengan penuh duka cita mendalam.
Namun Maria percaya bahwa ‘sesungguhnya aku ini hamba Tuhan terjadilan padaku menurut perkataanMu itu’.
“Ketika Maria menerima kematian putera-Nya dan memangku anak-Nya di pangkuannya yang sudah tidak rupa manusia lagi. Maria menangis dengan sedih mendalam. Kesedihan seseorang yang tidak keluarkan air mata adalah kesedihan paling dalam,” kata RP Lambert.
Dikatakan pada saat Yesus bangkit Maria tidak berangkat ke kubur bersama Veronika dan Maria Magdalena.
Ia lebih memilih tetap di rumah, karena Maria yakin putera-Nya sudah menyelesaikan tugas-Nya di dunia.
Dikatakan akibat dosa Hawa, Allah memberikan hukuman bahwa pada saat melahirkan harus merasa sakit.
Namun Maria dalam penampakan menyatakan peristiwa suka citanya adalah sejak mengandung, hingga melahirkan tanpa ada rasa sakit dan tidak kehilangan keperawanannya.
Hal ini sesuai dengan pesan Allah melalui malaikat bahwa bagi Allah tidak ada yang mustahil.
Bertepatan dengan momen peringatan tiga tahun lembaga ini, kata RP Lambert, Santa Susana merupakan orang yang setia dan taat kepada Allah.
Dalam hidupnya, ia mengikuti teladan Bunda Perawan Maria. Selama hidupnya tidak memikirkan untuk dirinya melainkan untuk orang lain. Membawa orang lain kepada keselamatan dan suka cita.
“Semua ini bisa terjadi karena belajar dari sosok Bunda Maria, karena perempuan yang paling hebat, paling setia, paling suci,” pungkasnya.
Sebagai orang Katolik, RP Lambert mengingatkan jangan mudah ciut jika ada yang mengatakan orang Katolik menyembah patung.
Sesungguhnya bukan patung yang disembah tetapi dibalik patung ada sesuatu yang pernah ada.
Bunda Maria adalah tokoh besar umat Katolik, orang yang menyerahkan dirinya sepenuhnya kepada Allah.
Maria menjadi murid Allah yang paling pertama dan paling unggul. Dengan demikian, Gereja Katolik menetapkan 8 Desember menjadi Hari Raya Bunda Maria Dikandung Tanpa Noda.
Ia berharap keluarga besar Panti Asuhan Santa Susana mampu meneladani sikap hidup Bunda Maria dan Santa Susana yang percaya akan Yesus Kristus Sang Juruselamat. (Redaksi)