TIMIKA, Koranpapua.id- Pemerintah Kabupaten Mimika melalui Dinas Ketahanan Pangan melakukan terobosan dalam rangka pemberdayaan masyarakat untuk memperkuat ketahanan pangan lokal.
Selain membagikan peralatan pertanian, dinas dibawah kepemimpinan Yulius Koga membangun dua rumah produksi sagu untuk kelompok binaan di Kampung Iwaka, Distrik Iwaka dan kelompok binaan di Kampung Hiripau, Distrik Mimika Timur.
Pembangunan dua rumah produksi sagu ini menelan anggaran Rp900 juta lebih bersumber dari APBD Mimika tahun 2023. Dinas Ketahanan Pangan juga mendatangkan mesin pengolahan yang didanai melalui APBD 2022 sebesar Rp400 juta sehingga total dana yang dianggarkan Rp1,3 miliar.
Yulius Koga, Kepala Dinas Ketahanan Pangan Mimika mengatakan, rumah produksi pangan lokal khusus sagu, sebagai suatu langkah strategis untuk mengantisipasi terjadinya kelangkaan pangan beras. Masyarakat tidak susah karena sudah mempunyai cadangan pangan lokal berupa sagu kering.
“Sebelumnya sudah ada dua kelompok. Tapi tahun ini kami tambah lagi dua kelompok dengan menyiapkan peralatan produksi yang cukup bagus. Sekarang harus siapkan masyarakat untuk lebih banyak tanam pangan lokal,” ujar Yulius belum lama ini.
Menurutnya, persediaan sagu kering sebagai cadangan makanan pengganti beras sangat penting. Apalagi ini saat ini harga beras terus merangkak naik, sehingga masyarakat bisa beralih mengkonsumsi sagu.
“Sekarang beras ukuran 50 kilogram sudah Rp700 ribu. Padahal sebelumnya biasanya hanya 500 ribu. Ini yang jadi kewalahan masyarakat,” jelas Yulius.
Melalui rumah produksi Yulius berharap kelompok tani binaan mampu meningkatkan produksi sagu dari biasanya yang diolah secara tradisional.
Sagu yang dihasilkan selain untuk memenuhi kebutuhan sendiri, juga dapat dijual guna menambah pendapatan ekonomi masyarakat.
“Kalau beras mahal masyarakat olah sagu jadi papeda atau sagu bakar untuk makan pengganti beras. Begitupun ada petatas bisa dimasak untuk makan pengganti nasi. Masyarakat jangan berharap terus bantuan beras dari pemerintah. Kita harus berkebun,” pesannya.
Rumah produksi sagu yang dibangun untuk dua kelompok binaan masing-masing berukuran 7×6 meter diatas lahan masyarakat sendiri.
“Setelah rampung dibangun nanti akan dilengkapi dengan mesin belah, parut dan ramas. Mesin pengolahan ini sudah ada tinggal dipasang saja. Kalau semuanya sudah siap kita akan undang bupati atau Sekda untuk resmikan. Yang jelas tahun depan sudah bisa beroperasi” tandasnya.
Yulius berpesan peralatan beserta fasilitasnya yang sudah dibangun harus dipelihara secara baik, supaya bisa bertahan lama dalam menunjang kegiatan produksi sagu. (Redaksi)