TIMIKA, Koranpapua.id- Hujan lebat yang mengguyur Kota Timika dan sekitarnya beberapa hari terakhir mengakibatkan empat rumah dan dua kandang babi milik warga RT 09, Kelurahan Wanagon, Distrik Mimika Baru, Kabupaten Mimika, Papua Tengah, nyaris hanyut terbawa banjir.
Air sungai mengalir cukup deras dan mengakibatkan tanah sepanjang aliran sungai terkikis dan longsor hingga mendekati rumah warga. Empat rumah yang nyaris hanyut tersebut adalah kepunyaan Andreas Wou, Karolus Koli, Doni Wayoi dan Carles Kabes (alm).
Pantauan media ini yang langsung turun ke lokasi, Kamis 7 September mendapatkan kondisi rumah milik Andreas Wou yang ada di seberang sungai sudah dalam posisi miring.
Fondasi rumah permanen tersebut sudah kelihatan, karena tanah penutup fondasi habis tergerus banjir. Begitu juga dengan rumah milik Carles Kabes (alm).
Bangunan rumah Carles bisa saja ambruk jika hujan lebat kembali turun dan debit air sungai meninggi. Begitupun dengan dua kandang babi milik Karolus Koli dan Doni Wayoi yang sudah berada sangat dekat dengan bibir sungai.
Veronika Kowuhun menuturkan, warga sudah berusaha memasang bronjong. Namun upaya tersebut tidak bertahan lama, karena ketika musim hujan bronjong hanyut dibawa arus.
Atas kondisi tersebut, Veronika bersama warga sudah melaporkan ke Dinas PUPR saat turun melihat kondisi sungai. Namun warga mendapatkan jawaban bahwa pembangunan bronjong merupakan tanggungjawab Dinas PUPR Provinsi.
“Mereka macam saling baku tolak tanggungjawab. Kami mohon bupati bisa datang lihat kondisi rumah kami di sini,” harap Veronika yang diamini warga lain.
Persoalan ini juga sudah disampaikan kepada petugas Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Mimika pada Februari 2023 lalu. Saat itu petugas BPBD datang ke lokasi untuk memotong pohon tumbang yang menghalangi Daerah Aliran Sungai (DAS).
” Kami takut mati bukan karena penyakit tetapi kami takut mati karena dimakan sungai saat arus deras musim banjir yang terus mendekati bangunan rumah,” keluhnya.
Dikatakan, warga sudah tinggal di wilayah tersebut sejak tahun 1980. Awalnya sungainya tidak selebar sekarang. Namun setelah ada pelebaran DAS oleh Dinas PUPR beberapa tahun lalu, mengakibatkan setiap hujan lebat sisi kiri dan kanan DAS terus terkikis.
” Setiap hujan lebat pada malam hari, kami tidak bisa tidur nyenyak dan selalu terjaga jangan sampai rumah terbawa arus. Dulu sewaktu sungai masih kecil untuk menyeberang ke rumah sebelah kali hanya menggunakan balok dan papan penyeberang seadanya,” paparnya.
Ia menambahkan untuk mengantisipasi terjadinya korban jiwa, Andrieas Wou setiap malam pindah tidur di keluarganya sementara istri dan anak-anaknya sudah pindah tinggal di Fakfak.
Yosias Lossu, Kepala BPBD Mimika membenarkan kondisi rumah warga setempat. Berbeda dengan yang disampaikan warga, Yosias mengatakan, pihaknya beberapa kali mendatangi lokasi, namun selalu dimarahi warga.
” Mereka maunya cepat-cepat. Padahal kita tunggu dana Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Pusat,” jelas Lossu kepada Koranpapua.id melalui sambungan telepon.
Lossu menuturkan, saat ini bantuan hibah dari APBD Mimika sudah tidak bisa dipakai untuk mendanai pekerjaan tersebut, karena akan menjadi temuan Badan Pemeriksa Keuangan (BPK).
“ BPBD lagi menunggu dana hibah dari BNPB Pusat. Usulannya sudah setujui tinggal menunggu kapan dana itu turun untuk bangun di lima titik termasuk di RT 09. Rencananya kita bangun tembok pengaman,” tandas Yosias. (Redaksi)