TIMIKA, Koranpapua.id– Ikatan Pelajar Mahasiswa Timika (IPMT) menggelar aksi demo damai di Kantor Dinas Pendidikan Kabupaten Mimika Provinsi Papua Tengah, Senin 31 Juli 2023.
Mereka mendesak Dinas Pendidikan memberikan klarifikasi dan penjelasan hasil seleksi penerimaan mahasiswa untuk masuk perguruan tinggi negeri melalui jalur Afirmasi Pendidikan Tinggi (ADik) Tahun 2023.
Selain mempertanyakan soal ADik, perwakilan IPMT yang mendatangi Kantor Dinas Pendidikan yang berada dalam kompleks Sentra Pendidikan SP5 sekitar pukul 10.00 WIT juga meminta penjelasan status serta gaji guru honorer, baik yang bertugas di kota, pesisir maupun pegunungan. Termasuk soal pengelolaan dana Asrama Sentra Pendidikan.
Demo damai yang dipimpin Ketua IPMT Hellois M. Kemong dan Elly Dolame, Kooordinator Lapangan (Korlap) mendapat pengawalan ketat dari aparat Kepolisian Resort Mimika.
Sesampainya di Kantor Dinas Pendidikan, perwakilan mahasiswa dan pejalar Timika ini diterima oleh Plt Kepala Dinas Pendidikan Dr. Willem Naa, S.Pd., M.MT didampingi Fransiskus Bokeyau, S.Pd, Sekretaris Dinas Pendidikan bersama seluruh staf kantor itu.
Elly Dolame di hadapan Willem Naa meminta untuk segera memberikan klarifikasi, apa menjadi alasan sehingga anak-anak Amungme dan Komoro tidak lolos dalam seleksi ADik. Begitu juga masalah gaji guru honorer maupun persoalan masalah Asrama Sentra Pendidikan.
Merespon hal itu, Willem Naa mengucapkan terima kasih dan merasa senang atas kedatangan IPMT, karena sudah menyampaikan aspirasi sebagai bentuk kritikan dalam mengkawal kinerja Dinas Pendidikan.
“Saya dan sekretaris bersama seluruh staf sudah melakukan langkah-langkah seperti yang adik-adik inginkan untuk kemajuan pendidikan di daerah ini,” katanya.
Terkait program penerimaan ADik, Dinas Pendidikan tidak mempunyai kewenangan sedikitpun untuk menentukan atau intervensi kelulusan.
“Kalau kami punya kewenangan pasti Amungme dan Kamoro diprioritaskan. Program afirmasi ADik semua regulasi dari Pusat dan berlaku sama di seluruh Indonesia,” jelasnya.
Regulasi penerimaan mahasiswa melalui jalur ADik juga tidak membagi kuota berapa persen untuk orang Papua, namun kuota yang ada terbuka untuk umum.
Pelaksanaan seleksi juga dilakukan secara online, sehingga siapa saja bisa berkesempatan untuk mengikuti seleksi. “Siapa saja dimana saja, baik lagi berada di sekolah, di rumah atau di dalam mobil maupun di jalan bisa mengakses untuk mendaftar secara mandiri,” tandas Willem.
Dinas Pendidikan sudah menyampaikan kepada semua sekolah, terkait pembukaan jalur ADik. Melalui pihak sekolah diharapkan dapat diteruskan kepada anak didik untuk bisa melakukan pendaftaran secara mandiri, dan bukan ditentukan oleh Dinas Pendidikan.
Willem menjamin jika penerimaan secara manual, sebagai anak Papua, dirinya siap pasang badan untuk memprioritaskan anak Amungme dan Kamoro.
“ Anak-anak Amungme Kamoro prioritas pertama. Kalau kemarin saya muat di media bahwa Pj. Bupati melalui Dinas Pendidikan MoU dengan Sekolah GenIUS di Jakarta. Itu komitmen saya agar anak Kamoro dan Amungme 100 persen harus sekolah di sekolah disana. ” katanya.
Untuk program GenIUS (Sekolah Generasi Indonesia Jaya untuk Semua) saat ini sudah memasuki tahap seleksi terhadap 100 calon siswa.
Selanjutnya akan dipilih 10 lulusan SD untuk masuk SMP dan 10 lulusan SMP untuk lanjut ke SMA. 20 calon siswa yang dinyatakan lolos semuanya adalah anak-anak Amungme Kamoro.
“Program ini Pj. Bupati Valentinus S. Sumito sudah sepakati. Hari Kamis kemarin sudah seleksi. Kami kirim surat ke sekolah-sekolah baik swasta maupun negeri. Tim seleksi sudah kembali ke Jakarta sekarang tinggal menunggu hasilnya,” jelasnya.
Sekolah swasta yang diminta mengirim anak didiknya untuk ikut seleksi adalah lima sekolah yayasan yang diakomodir dalam Undang-undang Otsus, yakni YPPK, YPK, YPPGI, Yapis dan Adven. Pada lima yayasan ini 80 persen anak Papua bersekolah.
Sementara Fransiskus Bokeyau, Sekretaris Dinas Pendidikan menjelaskan untuk afirmasi ada dua, yaitu penerimaan lulusan SMP masuk SMA/SMK dan lulusan SMA/SMK masuk Perguruan Tinggi.
Untuk afirmasi SMP masuk SMA kuotanya hanya 15 orang dan dipriotaskan anak Amungme dan Kamoro. Karena kuotanya terbatas, sehingga ketika kuotanya tercukupi, sistemnya langsung terkunci. Dengan demikian calon peserta yang datang belakangan sudah tidak bisa terakses.
“Waktu itu yang mendaftar 15 orang terdiri dari 6 orang Kamoro, 5 orang Amungme dan sisanya ada Dani, Paniai dan Papua lain. Mereka sekarang sudah berada di kota studi di Bali, Jogja, Banten Jakarta,” papar Fransiskus.
Kemudian untuk afirmasi mahasiswa program ADik, Dinas Pendidikan Mimika hanya membantu mendaftar anak-anak Amungme dan Kamoro yang datang ke dinas, dengan sistem yang sudah tersedia.
“Kami punya kewenangan hanya sebatas membantu mendaftar. Kami tidak punya kewenangan untuk intervensi sedikitpun. Setelah pendaftaran mencapai 100 sistem terkunci,” paparnya.
Meskipun sistem sudah terkunci namun animo calon mahasiswa cukup tinggi. Melihat itu Dinas Pendidikan sudah berusaha mengirim surat ke Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi untuk minta penambahan kuota, namun hingga saat ini belum ada jawaban.
Dijelaskan, untuk mendaftar melalui program ADik bisa dilakukan melalui Dinas Pendidikan, peserta juga bisa mendaftar melalui jalur mandiri yang mana didalamnya juga diberikan kesempatan kepada Orang Asli Papua (OAP). Pendaftaranya bisa dilakukan dimana saja melalui link yang sudah tersedia.
Fransiskus menyebutkan berdasarkan data hasil pengumuman, yang lolos melalui jalur yang pendaftaran dibantu Dinas Pendidikan untuk secara keseluruhan ada 57 orang.
Ia menegaskan hasil seleksi ini tidak ada kewenangan sedikitpun Dinas Pendidikan untuk intervensi, karena semua ditentukan oleh Pusat.
Bahkan anggaran untuk membiayai seleksi diambil dari pos Dana Alokasi Umum (DAU) bersumber dari Kementerian Pendidikan bekerjasama dengan beberapa kementerian bukan dana Otonomi Khusus. (redaksi)