Timika – Membaca, Menulis dan Menghitung (3M) masih menjadi kendala yang harus diseriusi lembaga pendidikan di wilayah pesisir dan pegunungan.
Banyak ditemukan anak didik yang duduk di bangku SMP tetapi masih belum menguasai 3 M secara baik. Mengatasi persoalan ini, SMP Negeri Atuka, Distrik Mimika Tengah menerapkan kebijakan baru, membuka kelas khusus bagi siswa kelas VII.
Kepala SMPN Atuka Silvester Atahena kepada Koranpapua.id mengatakan bahwa diharapkan dengan kebijakan ini dapat membantu menuntaskan masalah 3 M.
Melalui kelas khusus bisa menyiapkan anak didik agar ketika naik ke kelas VIII dan IX sudah bisa lancar membaca, menulis dan menghitung. “Anak anak harus sudah siap untuk menghadapi jenjang yang lebih tinggi, terutama menyangkut 3M,”ujar Silvester.
Pelaksanaan kelas khusus bersamaan dengan kegiatan belajar mengajar normal. Pihak sekolah sebelumnya pernah menerapkan jam belajar sore hari, namun tidak berjalan efektif.
“Kami pernah coba les tambahan di sore hari. Awalnya jalan bagus. Tapi paling lama dua minggu, selanjutnya anak – anak tidak mau datang,”jelas Silvester.
Pihak sekolah juga menerapkan beberapa kebijakan yang rutin dilakukan setiap hari. Kebijakan berupa setelah apel pagi setiap hari, lima menit pertama digunakan untuk membersihkan lingkungan sekolah.
Lima menit kedua diisi dengan literasi dan lima menit ketiga dimanfaatkan untuk penyampain pesan-pesan moral. Setelah itu masuk kelas untuk kegiatan belajar mengajar.
Ia mengakui, literasi masih menjadi pekerjaan rumah dan menjadi tantangan bagi guru-guru di sekolah. “Mengapa tiga 3M tidak tuntas sejak SD, setelah dilihat memang banyak sekali tantangan guru-guru di sekolah,” katanya.
Salah satu kendala utama adalah masih kurangnya dukungan orangtua untuk mendorong anak-anak belajar di sekolah. Ia mencontohkan, kehadiran anak-anak di sekolah sangat minim, terkadang sampai jam kegiatan belajar mengajar berlangsung kelas masih kosong.
“Peran orangtua masih rendah. Bukan karena guru tidak mampu. Bagaimana kalau anak tidak datang, guru mau mengajar siapa. Kecuali anak-anak rajin ke sekolah, 3 M tidak tuntas, itu baru kesalahannya guru,”tandasnya.
Silvester menyadari banyak pihak menyoroti kinerja guru, karena masih banyak anak didik yang belum tuntas 3M. Namun sebagai guru sudah berupaya dengan mencari dan mengajak anak didik untuk ke sekolah.
Pihaknya bahkan terkadang setiap hari Minggu menggunakan mimbar gereja untuk menyampaikan pesan edukasi kepada orang tua untuk mendorong anak-anak untuk masuk sekolah. Segala upaya dilakukan demi membuahkan hasil yang maksimal.
Sekolah yang dipimpinnya saat ini didukung 10 orang guru ASN. Dua diantaranya guru P3K, untuk mata pelajaran seni budaya sementara diajar oleh guru mata pelajaran lain, yang dianggap memiliki kemampuan dan bakat di bidang seni.
Pada Tahun Ajaran 2022-2023, SMP Negeri Atuka mengikutkan 25 dari 26 anak pada Ujian Akhir Sekolah (UAS). Ia berharap anak-anak didiknya bisa lulus 100 persen, sehingga dapat melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi. (redaksi)