ADVERTISEMENT
Sabtu, Desember 27, 2025
Koran Papua
No Result
View All Result
  • Papua
  • Nusantara
  • Politik
  • Budaya
  • Ekonomi
  • Hukrim
  • Kesehatan
  • Opini
  • Pendidikan
  • Foto
Koran Papua
No Result
View All Result
  • Papua
  • Nusantara
  • Politik
  • Budaya
  • Ekonomi
  • Hukrim
  • Kesehatan
  • Opini
  • Pendidikan
  • Foto
ADVERTISEMENT
Home Budaya

Air Mata Sumatra Jangan Terjadi di Papua, Lemasko Lantang Bersuara Tolak Ekspansi Sawit Berskala Besar

Pembukaan perkebunan sawit berpotensi merusak hutan adat, lingkungan hidup, serta mengancam keberlangsungan hidup masyarakat adat yang selama ini bergantung pada alam sebagai sumber penghidupan.

19 Desember 2025
0
Air Mata Sumatra Jangan Terjadi di Papua, Lemasko Lantang Bersuara Tolak Ekspansi Sawit Berskala Besar

Ilustrasi Kelapa Sawit (foto:ist/koranpapua.id)

Bagikan ke FacebookBagikan ke XBagikan ke WhatsApp

TIMIKA, Koranpapua.id- Rencana Presiden Prabowo untuk melakukan ekspansi sawit berskala besar di wilayah Papua Raya, mendapatkan penolakan dan kecaman dari dari berbagai kalangan.

Lembaga Masyarakat Adat Suku Kamoro (Lemasko) menjadi salah satu lembaga kultur Papua yang terus lantang bersuara menolak masuknya investor sawit di Papua, secara khusus di Kabupaten Mimika, Provinsi Papua Tengah.

ADVERTISEMENT

Melalui Wakil Ketua Lemasko, Marianus Maknaepeku mengatakan, Lemasko yang memiliki wilayah adat yang sangat luas dan kini dibidik untuk perkebunan sawit, dengan tegas menolak rencana sebagaimana yang disampaikan Presiden Prabowo.

Advertisement. Scroll to continue reading.

Lemasko mendesak agar pemerintah menghentikan ekspansi lahan sawit ke Papua, karena adanya kekhawatiran serius terhadap daya dukung lingkungan dan risiko sosial-ekologis jangka panjang.

Baca Juga

Personel Brimob Terkena Panah di Kwamki Narama, Empat Pelaku Ditangkap

Natal Berujung Duka, Kecelakaan di Jalan Poros Pomako Timika, Satu Tewas Lima Luka

Dengan jutaan hektare izin perkebunan yang telah dikantongi dan adanya perluasan tambahan lahan, dinilai tidak lagi sejalan dengan prinsip pembangunan berkelanjutan.

Dikatakan, pengalaman di Sumatra menunjukkan bahwa ekspansi sawit tanpa pengendalian ketat berpotensi memicu deforestasi, degradasi ekosistem, serta konflik sosial.

Karenanya, Papua memerlukan pendekatan kebijakan yang lebih berhati-hati dan berbasis perlindungan lingkungan.

“Cukup sudah air mata masyarakat yang menjadi korban di Sumatera, jangan lagi terjadi di Papua,” ungkap Marianus kepada koranpapua.id, Jumat 19 Desember 2025.

Lebih lanjut disampaikan bahwa, pernyataan Presiden Prabowo dalam rapat bersama kepala daerah se-Papua Raya, soal perlunya perluasan penanaman kelapa sawit di Papua, menunjukkan pemerintah tidak peka dan peduli terhadap lingkungan hidup.

Dijelaskannya, bencana ekologis di Sumatera semestinya dapat dijadikan pembelajaran berharga dan menjadikan pemerintah sadar, bahwa menghancurkan hutan dan menggantinya dengan tananan monokultur merupakan tindakan keliru.

“Seperti yang sekarang terjadi di Potowayburu, ada investor namanya PT TAS yang rencana buka perkebunan kelapa sawit di Potowayburu, Distrik Mimika Barat Jauh. Rencana ini harus dari awal kita tolak,” tegasnya.

David Uramata, Kepala Suku Kampung Aindua di Potowayburu sudah melaporkan ke Lemasko bahwa manajemen PT TAS telah datang ke Potowayburu dan menyampaikan akan membuka perkebunan kelapa sawit di wilayah itu.

“Dengan adanya informasi ini, lembaga adat akan berupaya agar rencana itu dibatalkan. Dengan tegas Lemasko bersama masyarakat menolak masuknya investor sawit di sana,” pungkasnya.

Menurut Marianus, pembukaan perkebunan sawit berpotensi merusak hutan adat, lingkungan hidup, serta mengancam keberlangsungan hidup masyarakat adat yang selama ini bergantung pada alam sebagai sumber penghidupan.

“Wilayah Mimika Barat Jauh adalah tanah adat yang harus dijaga. Tidak boleh ada investor yang masuk tanpa persetujuan masyarakat adat dan tanpa kajian lingkungan yang jelas dan transparan,” tegas Marianus.

Ia menilai, pengalaman di berbagai daerah menunjukkan bahwa perkebunan sawit sering menimbulkan konflik sosial, perampasan hak ulayat, serta kerusakan ekosistem, sehingga pemerintah daerah harus lebih berhati-hati dalam memberikan izin.

“Seperti yang terjadi di Kampung Kamora kelapa sawit yang pernah dibuka PT PAL, toh akhirnya masyarakat yang dirugikan. Jangan lagi pengalaman pahit itu dirasakan masyarakat Potowayburu”.

Marianus meminta Pemerintah Kabupaten Mimika, Pemerintah Provinsi Papua Tengah untuk tidak mengeluarkan izin kepada PT TAS sebelum ada dialog terbuka dengan masyarakat adat, lembaga adat, dan seluruh pemangku kepentingan terkait.

Marianus juga berharap kepada Majelis Rakyat Papua (MRP) dan DPR Papua Tengah untuk berani bersuara menentang rencana pembukaan lahan sawit di Potowayburu.

Karena jika rencana ini berhasil, maka akan terjadi perampasan tanah masyarakat oleh perusahaan, wilayah Potowayburu suatu saat akan terjadi musibah banjir sebagai akibat hutan gundul. (Redaksi)

Cek juga berita-berita Koranpapua.id di Google News

Baca Artikel Lainnya

Personel Brimob Terkena Panah di Kwamki Narama, Empat Pelaku Ditangkap

Personel Brimob Terkena Panah di Kwamki Narama, Empat Pelaku Ditangkap

26 Desember 2025
Natal Berujung Duka, Kecelakaan di Jalan Poros Pomako Timika, Satu Tewas Lima Luka

Natal Berujung Duka, Kecelakaan di Jalan Poros Pomako Timika, Satu Tewas Lima Luka

26 Desember 2025
Papua Catat IPM Terendah Secara Nasional, Belanja Pemerintah Harus Lebih Tepat Sasaran

Papua Catat IPM Terendah Secara Nasional, Belanja Pemerintah Harus Lebih Tepat Sasaran

26 Desember 2025
447 Personel Satgas Damai Cartenz-2026 Siap Diberangkatkan ke Papua

447 Personel Satgas Damai Cartenz-2026 Siap Diberangkatkan ke Papua

26 Desember 2025
Selama Tahun 2025, 45 Anggota KKB Ditangkap, 15 Tewas, Sita 29 Senpi dan 4.194 Butir Amunisi

Selama Tahun 2025, 45 Anggota KKB Ditangkap, 15 Tewas, Sita 29 Senpi dan 4.194 Butir Amunisi

26 Desember 2025
UMP Papua Tengah 2026 Tidak Berubah, Pemprov Tetapkan Rp4,2 Juta

UMP Papua Tengah 2026 Tidak Berubah, Pemprov Tetapkan Rp4,2 Juta

26 Desember 2025

POPULER

  • Polwan Cantik Ini Kini Menjabat Wakapolda Papua Barat

    Brigjen Pol Sulastiana, Polwan Pertama Duduki Jabatan Wakapolda Papua Barat, Berikut Sekilas Rekam Jejaknya

    714 shares
    Bagikan 286 Tweet 179
  • Polisi Mediasi Kasus Lakalantas di Jalan Poros Pomako-Timika, Keluarga Korban Terima Santunan Rp250 Juta

    625 shares
    Bagikan 250 Tweet 156
  • Hasil Pertemuan Gubernur dengan Keluarga Korban Kwamki Narama Terungkap, Ini Kata Kapolres Mimika

    582 shares
    Bagikan 233 Tweet 146
  • Korban Laka Ganda di Jalan Samratulangi Jalani Operasi Intensif di RSUD Mimika, Identitasnya Terungkap

    557 shares
    Bagikan 223 Tweet 139
  • Natal Berujung Duka, Kecelakaan di Jalan Poros Pomako Timika, Satu Tewas Lima Luka

    539 shares
    Bagikan 216 Tweet 135
  • Kementerian ESDM Buka Lelang Blok Migas di Dua Wilayah Kerja di Tanah Papua

    533 shares
    Bagikan 213 Tweet 133
  • Polwan Cantik Ini Kini Menjabat Wakapolda Papua Barat

    613 shares
    Bagikan 245 Tweet 153
Next Post
Nakes Tidak Lagi Bingung Naik Pangkat, Dinkes Mimika dan PPNI Gelar Bimtek SKP Perawat

Nakes Tidak Lagi Bingung Naik Pangkat, Dinkes Mimika dan PPNI Gelar Bimtek SKP Perawat

Gallery Foto Dinkes Mimika dan PPNI Gelar Bimtek SKP Perawat

Gallery Foto Dinkes Mimika dan PPNI Gelar Bimtek SKP Perawat

Berikan Motivasi dan Semangat, Pangdam Merdeka Kunjungi Langsung Prajurit ke Daerah Operasi di Intan Jaya

Berikan Motivasi dan Semangat, Pangdam Merdeka Kunjungi Langsung Prajurit ke Daerah Operasi di Intan Jaya

Koran Papua

© 2024 Koranpapua.id

Menu

  • Tentang Kami
  • Kontak
  • Pedoman Media Siber

Ikuti Kami

No Result
View All Result
  • Papua
  • Nusantara
  • Politik
  • Budaya
  • Ekonomi
  • Hukrim
  • Kesehatan
  • Opini
  • Pendidikan
  • Foto

© 2024 Koranpapua.id