“Seluruh warga untuk menarik kembali anggota keluarga yang sempat terlibat pertikaian serta menyimpan semua senjata tajam yang digunakan selama konflik berlangsung”.
TIMIKA, Koranpapua.id– Konflik antardua kelompok warga di Distrik Kwamki Narama, Kabupaten Mimika, akhirnya diselesaikan secara damai.
Kesepakatan damai itu dicapai melalui mediasi yang difasilitasi Polres Mimika, Jumat 17 Oktober 2025.
Dalam hasil mediasi yang berlangsung di Polres Mimika, Jalan Cenderawasih tersebut, pihak pelaku bersedia membayar denda adat sebagai bentuk tanggung jawab.
Pendeta Anton Wamang, Tokoh Gereja Kwamki Narama, menegaskan bahwa pertikaian yang terjadi bukan konflik antarsuku, melainkan antarkeluarga yang masih memiliki hubungan kekerabatan.
Ia pun mengimbau seluruh warga agar menjadikan peristiwa ini sebagai pelajaran untuk memperkuat tali persaudaraan.
“Saatnya kita berdamai tanpa harus bertikai satu dengan yang lain. Ini pertikaian antara keponakan dengan paman dan kerabat dekat. Hari ini sudah ada mediasi, berarti semua sudah berakhir,” ujar Pendeta Anton.
Menurutnya, usai mediasi, para tokoh masyarakat dan gereja kembali ke Kwamki Narama untuk memberikan arahan kepada kedua pihak yang bertikai.
Dalam kesepakatan tersebut, pihak pelaku diberi waktu beberapa hari untuk menyiapkan denda sebesar Rp200 juta yang telah disetujui bersama.
“Kami harapkan perdamaian ini benar-benar tulus dan tidak ada lagi pertikaian setelah denda diserahkan,” tambahnya.
Naftali Edwin Hanuaebu, Kepala Distrik Kwamki Narama, menyampaikan apresiasi kepada kedua kelompok yang telah berkomitmen untuk mengakhiri konflik.
Ia menilai kesepakatan damai ini sebagai langkah penting untuk menjaga stabilitas keamanan di wilayah tersebut.
“Selama sembilan tahun terakhir, Kwamki Narama berada dalam kondisi aman dan damai. Karena itu, konflik yang sempat muncul harus benar-benar diakhiri agar wilayah ini terlepas dari stigma sebagai zona konflik di Mimika,” kata Naftali.
Ia juga mengimbau seluruh warga untuk menarik kembali anggota keluarga yang sempat terlibat pertikaian serta menyimpan semua senjata tajam yang digunakan selama konflik berlangsung.
“Saya harap mulai hari ini, semua senjata tajam disimpan dan tidak lagi digunakan untuk menyakiti satu sama lain,” tegasnya. (*)
Penulis: Hayun Nuhuyanan
Editor: Marthen LL Moru










