“Kami melakukan analisis data geospasial untuk memahami kondisi hidrologis dan batas daerah aliran sungai (DAS) di wilayah tersebut agar intervensi lebih terarah”.
MERAUKE,Koranpapua.id- Masyarakat Desa (kampung) Telaga Sari di Distrik Kurik, Kabupaten Merauke, kini memiliki harapan baru untuk mendapatkan akses air bersih yang layak.
Selama bertahun-tahun, warga di wilayah perbatasan ini hanya mengandalkan air hujan yang ditampung dalam embung-embung untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari.
Kondisi yang sudah terjadi sejak lama, menjadi sebuah tantangan besar mengingat letak geografis desa yang berada di dataran rendah.
Menjawab permasalahan tersebut, sebuah tim kolaborasi dari tiga perguruan tinggi ternama yakni Institut Teknologi Bandung (ITB), Universitas Brawijaya (UB), dan Universitas Musamus (Unmus) Merauke, menggelar program pengabdian kepada masyarakat.
Kegiatan yang berlangsung sejak tanggal 9–13 Oktober 2025 itu, mengangkat program bertajuk “Integrasi Data Geospasial dan Teknologi Filtrasi Tepat Guna untuk Penyediaan Air Bersih Berbasis Air Hujan”.
Melalui program ini bertujuan untuk memberikan solusi konkret dan berkelanjutan bagi warga yang ada di wilayah itu.
Tim yang dipimpin oleh Miga Magenika Julian, S.T., M.T., dari ITB ini terdiri dari para akademisi lintas disiplin.

Anggota tim mencakup Dr. Prima Roza (ITB), Esa Fajar Hidayat, S.Kel., M.Si. (UB), serta dua dosen dari Universitas Musamus, Sunarni, S.Pi., M.Si., dan Nova Suryawati Monika, S.Si., M.Si.
Teknologi Inovatif yang Mudah Diterapkan
Ketua tim, Miga Magenika Julian, menjelaskan bahwa solusi yang ditawarkan mencakup dua pendekatan strategis.
“Pertama, kami melakukan analisis data geospasial untuk memahami kondisi hidrologis dan batas daerah aliran sungai (DAS) di wilayah tersebut agar intervensi lebih terarah,” ujar Miga dalam keterangan kepada koranpapua.id, Kamis 16 Oktober 2025.
“Kedua, kami memperkenalkan teknologi filtrasi air sederhana yang dapat dibuat dan dirawat secara mandiri oleh masyarakat,” tambah Miga.
Inovasi utama dari program ini adalah sistem filtrasi yang dirancang menggunakan drum barel berkapasitas 110 liter.
Teknologi ini memanfaatkan bahan-bahan penyaring yang mudah ditemukan di sekitar lingkungan warga, antara lain:
- Kapas dan Zeolit: Berfungsi menyaring kotoran berukuran besar seperti daun dan rumput.
- Pasir Silika dan Cangkang Kerang: Efektif menyaring lumpur, endapan, dan mengurangi kandungan logam berat serta senyawa organik.
- Karbon Aktif atau Arang: Berguna untuk menjernihkan air, menghilangkan bau tidak sedap, dan menyaring sisa klorin.


Dampak Luas bagi Kesejahteraan Masyarakat
Kegiatan yang merupakan bagian dari program Pengabdian Masyarakat Desanesha Skema Bottom-Up Tahun 2025 Tahap III ini mendapat sambutan hangat dan dukungan penuh dari pemerintah desa setempat.
Dukungan juga datang Universitas Musamus sebagai mitra lokal. Kehadiran sistem filtrasi ini diharapkan tidak hanya mengatasi masalah akses air bersih, tetapi juga memberikan dampak positif yang lebih luas.
Dengan ketersediaan air bersih yang memadai, diharapkan ketahanan pangan melalui sektor pertanian dan produktivitas masyarakat di wilayah perbatasan dapat meningkat secara signifikan.
Program ini menjadi bukti nyata peran strategis perguruan tinggi dalam menghadirkan solusi berbasis riset dan inovasi teknologi. Kolaborasi lintas universitas ini menunjukkan komitmen dunia akademik untuk menjawab kebutuhan riil masyarakat. (Redaksi)










