TIMIKA, Koranpapua.id– Dinas Perindustrian dan Perdagangan (Disperindag) Kabupaten Mimika, Papua Tengah, melakukan kegiatan tera dan tera ulang terhadap alat ukur yang digunakan pangkalan minyak tanah.
Kegiatan ini berlangsung di Kantor Disperindag, Jalan Poros SP2–SP5, selama 10 hari, mulai 10 hingga 19 September 2025.
Langkah ini dilakukan untuk menjamin kepastian ukuran, mencegah kecurangan, serta melindungi hak pedagang dan konsumen.
Petrus Pali Amba, Kepala Disperindag Mimika, melalui Elisabeth Y. Macsurella, Kepala Bidang Metrologi dan Perlindungan Konsumen, menjelaskan bahwa tera dan tera ulang bertujuan memastikan seluruh alat ukur yang dipakai pangkalan tetap akurat.
“Memasuki hari ketiga, sudah sekitar 115 pangkalan yang menjalani tera dan tera ulang. Alat ukur berkapasitas 500 ml, 1 liter, 2 liter, 5 liter, dan 10 liter diperiksa, dan sejauh ini hasilnya akurat,” ungkap Elisabeth.
Dikatakan, hingga saat ini, Disperindag telah memeriksa 318 alat ukur, dengan hasil 214 dinyatakan lolos uji dan 104 tidak lolos karena ditemukan kebocoran atau ketidaksesuaian ukuran.
Alat ukur yang dinyatakan sah diberi tanda resmi, sementara pangkalan yang telah menjalani pemeriksaan ditempeli stiker khusus.
Adapun alat ukur yang gagal uji langsung ditarik dan wajib diganti dengan yang baru untuk kemudian ditera ulang.
Elisabeth mengimbau masyarakat agar lebih teliti saat membeli minyak tanah di pangkalan.
“Pastikan alat ukur yang digunakan memiliki tanda sah. Jika ragu, masyarakat berhak menanyakan langsung kepada pemilik pangkalan apakah sudah dilakukan tera maupun tera ulang,” pesannya.
Ia menegaskan, pemilik pangkalan yang kedapatan menggunakan alat ukur rusak, dimodifikasi, atau tidak ditera dapat dikenakan sanksi administrasi maupun pidana.
Selain itu, tera dan tera ulang wajib dilakukan setiap tahun. Disperindag juga menggandeng Pertamina serta agen untuk memastikan ketertiban.
“Jika pangkalan tidak melakukan tera sesuai jadwal, maka tidak akan mendapat pasokan minyak tanah. Bahkan agen yang tidak menertibkan pangkalannya juga tidak akan disuplai Pertamina,” tegas Elisabeth. (*)
Penulis: Hayun Nuhuyanan
Editor: Marthen LL Moru