TIMIKA, Koranpapua.id– Dinas Kesehatan (Dinkes) Kabupaten Mimika, Provinsi Papua Tengah memberikan sosialisasi Pre Transmission Assesment Survey (TAS) Filariasis atau kaki gajah, Selasa 5 November 2024.
Sosialisasi yang berlangsung di salah satu hotel di Timika melibatkan petugas kesehatan dari Puskesmas dan Babinsa serta Babinkamtibmas Kampung Limau Asri Timur dan Limau Asri Barat.
Reynold Ubra Kepala Dinas Kesehatan Mimika melalui Obeth Tekege, Kabid P2P menjelaskan, dalam program Pre TAS Filariasis, Dinkes menetapkan tiga kampung menjadi titik survey pengambilan sample.
Tiga titik itu yakni, Kampung Limau Asri Timur dan Kampung Limau Asri Barat yang masuk wilayah pelayanan Puskesmas Limau Asri, Distrik Iwaka dan Kelurahan Koperapoka, wilayah BLUD Puskesmas Timika, Distrik Mimika Baru.
Dipilihnya tiga titik itu, dikarenakan pada tahun sebelumnya sudah mempunyai kasus Filariasis. Pengambilan sampel darah berlangsung selama empat hari, dimulai Rabu 6 November sampai Sabtu 9 November 2024.
Adapun sasaran pengambilan sampel adalah anak berusia 18 tahun keatas. “Setelah sosialisasi ini tim langsung turun ke lapangan untuk survey dan pengambilan sampel di tiga titik,” kata Obeth.
Ia berharap melalui TAS ini memperoleh hasil yang baik, supaya bisa ditangani agar tidak ada kasus penularan baru kepada masyarakat lain.
Sunardi, Tim NTDS Kemenkes mengungkapkan, kaki gajah merupakan salah satu penyakit menular yang disebar melalui gigitan nyamuk.
Dan untuk Provinsi Papua Tengah, Mimika menjadi salah satu kabupaten yang masuk daerah endemis penyakit ini.
“Selama ini kita tahu penularan melalui nyamuk hanya malaria atau Demam Berdarah Dengue. Ternyata Filariasis yang menyebabkan kematian penyebarannya juga lewat nyamuk,” jelasnya.
Sunardi menuturkan, Filariasis selain berujung kematian, pasien juga mengalami kecacatan seumur hidup atau permanen.
Kecacatan ini bisa ditangani pada laki-laki kecuali pada area kemaluan dengan cara operasi.
Sementara yang mengalami pembengkakan pada kaki, tangan maupun di payudara pada perempuan tidak dapat dibantu melalui operasi.
Dijelaskan, Mimika mempunyai sejarah panjang kasus filariasis sejak ditemukan tahun 2012. Pada saat itu endemisnya diatas satu persen berdasarkan hasil survey.
Berdasarkan kasus itu, Dinkes Mimika mengadakan Program Obat Pencegahan Massal (POPM) selama lebih dari lima tahun. Ini dilakukan mengingat satu tahun awal cakupannya masih sebesar 1,5 persen.
Setelah lima tahun, POPM saat ini kembali melakukan Transmission Assesment Survey di lapangan untuk mengetahui apakah masih ada kasus penularan atau sudah bebas.
Mendukung suksesnya TAS ini, Sunardi mengajak pihak Babikamtibmas dan Babinsa, kepala kampung dan lurah di tiga wilayah itu, untuk turut mendukung petugas di lapangan, dengan cara mengajak masyarakat untuk menerima pelayanan.
Pada tahap awal ini, pengambilan sampel darah menggunakan metode rapit tes cepat pada siang hari. Untuk mendapatkan hasilnya hanya membutuhkan waktu lima sampai 10 menit.
Bagi yang reaktif dijadwalkan pengambilan sampel darahnya pada pukul 22.00 WIT secara door to door untuk diperiksa lebih lanjut di laboratorium.
“Pemeriksaan laboratorium bertujuan untuk mencocokan mikro filariasisnya benar ada atau tidak,” pungkasnya.
Irawati Wike dari Balai Laboratorium Kesehatan Masyarakat Papua menjelaskan, eliminasi Filariasis di Mimika sudah dimulai dengan tahap pre TAS Filariasis.
Kemudian dilanjutkan TAS satu dan TAS dua dan masuk TAS tiga baru Mimika dinyatakan bebas Filariasis.
Dalam kegiatan ini, ia mengharapkan dukungan dan kerjasama dari semua pihak untuk mengumpulkan masyarakat.
“Jika memang tidak memungkinkan mengumpulkan warga bisa memberitahu bahwa petugas akan datang ke rumah-rumah warga,” harapnya.
Kamal, Kepala Seksi P2P Dinkes Mimika menjelaskan pengambilan sampel untuk tiga titik sasarannya sebanyak 300 orang.
Kepada setiap warga yang sudah diambil sampel darahnya, petugas akan memberikan bahan kontak berupa perlengkapan kesehatan, berupa sabun mandi sebagai bentuk ucapan terima kasih sudah meluangkan waktu diperiksa.
Perlu diketahui filariasis atau penyakit kaki gajah disebabkan oleh tiga spesies cacing filaria, yaitu Wucheria Bancrofti, Brugia Malayi, dan Brugia Timori, yang ditularkan dengan perantaraan nyamuk sebagai vektornya.
Pencegahan Filariasis dapat dilakukan dengan cara membersihkan tempat-tempat perindukan nyamuk, menutup barang-barang bekas, menguras tempat-tempat penampungan air dan penyemprotan secara massal.
Selain itu menggunakan pelindung diri saat bekerja di luar rumah, menggunakan baju lengan panjang dan menggunakan obat anti nyamuk.
Kemudian cara mencegah dengan minum obat Ivermectin, Diethylcarbamazine (DEC) dan Albendazole. (Redaksi)