TIMIKA, Koranpapua.id– Satgas Damai Cartenz dan Polres Mimika berhasil mengantongi identitas pelaku penembakan terhadap Mr. Glen Malcolm Conning, Pilot helikpoter di Distrik Alama, Kabupaten Mimika, Papua Tengah.
Hal ini disampaikan AKBP I Komang Budiartha, Kapolres Mimika didampingi Kasatgas Ops Damai Cartenz, Kombes Pol. Bayu Suseno dalam jumpa pers di Mako Brimob Timika, 14 Agustus 2024.
Dalam kesempatan itu juga dihadiri Frits B. Ramandey, Ketua Komnas HAM RI Perwakilan Papua.
Dikatakan Kapolres, pelaku penembakan diduga berjumlah lima orang yang merupakan anak buah Egianus Kogoya KKB Nduga.
Satu dari lima pelaku atas nama Perintahkola Lokbere alias Malas Gwijangge sudah ditetapkan masuk dalam Daftar Pencarian Orang (DPO).
Kapolres menyebutkan untuk DPO Perintakola Lokbere diketahui pernah terlibat dalam kasus pembantian karyawan PT. Istaka Karya pada tanggal 2 Desember di Distik Yigi, Kabupaten Nduga.
Selain terlibat pembantaian karyawan, Perintakola Lokbere juga ikut terlibat dalam penyanderaan pilot dan pembakaran pesawat Susi Air pada tanggal 7 Februari 2023 di Distrik Paro, Kabupaten Nduga.
Pada kesempatan yang sama Kombes Pol. Dr. Bayu Suseno membeberkan bahwa, para pelaku merupakan anak buah KKB pimpinan Egianus Kogoya.
“Mereka ini aktif melakukan gangguan Kamtibmas di wilayah Nduga,” ungkapnya.
Terkait dengan motif pembunuhan terhadap Glen Malcolm Conning, Bayu mengatakan bahwa sampai sekarang belum diketahui apa yang menjadi latar belakang pembunuhan itu.
“Kita belum ketahui apa yang menjadi motifnya, apakah ada permasalahan dengan proyek ataukah dengan penerbangan atau dengan masyarakat di Distrik Alama,” jelas Bayu.
Menurutnya dengan ditetapkan Perintakola Lokbere sebagai DPO maka pihaknya akan lakukan penyelidikan dan penegakan hukum. Sementara empat pelaku lainnya masih dilakukan pendalaman.
Sementara itu Frits Ramanday, Ketua Komnas HAM RI Perwakilan Papua mengatakan, terkait kasus ini pihaknya masih dalam proses investigasi.
“Nanti kami akan umumkan, namun yang terpenting adalah sekarang pemulihan pasca kejadian ini, itu yang harus segera diambil langkah segera,” sarannya.
Untuk pasca kejadian, kata Frits, tidak hanya sebatas pemulihan keamanannya, tapi juga pemulihan pelayanan bagi masyarakat di Alama.
“Karena ketika kami cek di Puskesmas itu setiap hari lebih dari 50 orang yang berobat. Kita juga jangan lupa bahwa pasca kejadian ini tenaga kesehatan harus mendapatkan pemulihan,” tandasnya.
Terkait dengan itu, Frits meminta pimpinan daerah segera berkoordinasi dengan Kapolres untuk mengirim tenaga psikolog untuk melakukan trauma healing.
Menurutnya, Komnas HAM berkepentingan pasca kejadian ini agar pelayanan publik jangan terhenti.
“Komnas HAM mendorong pelayanan ke masyarakat sipil, pimpinan daerah harus mengambil langkah cepat dan ini tidak menjadi tanggungjawab Satgas Damai Cartenz dan Polres Mimika,” ungkapnya.
Ia juga menegaskan bahwa peristiwa yang dialami oleh Warga Negara Asing (WNA) tentu akan menarik perhatian masyarakat Internasional, sehingga pemerintah Indonesia harus merespon dan memastikan terkait kejadian dan motifnya.
“Kita sesalkan terjadinya peristiwa ini karena ada otoritas-otoritas yang kemudian tidak melakukan antisipasi bahwa ada peristiwa yang sedang terjadi,” timpalnya
“Mestinya para pekerja WNA harusnya diberikan batasan untuk tidak secara bebas bekerja di sekitar daerah-daerah rawan,” pungkasnya. (Redaksi)