JAKARTA, Koranpapua.id- Di tengah kesibukannya sebagai Ketua DPR RI, Puan Maharani menyempatkan waktu untuk mengunjungi anak-anak Papua pedalaman yang sedang belajar di Sekolah Lentera Harapan (SLH) Gunung Moria, Tangerang, Banten, Senin 8 Desember 2025.
Dalam kesempatan itu, Puan menyatakan dukungannya agar para siswa SLH Gunung Moria, yang berada di bawah naungan Yayasan Pendidikan Harapan Papua (YPHP), dapat kembali ke tanah kelahiran mereka dan turut membangun kemajuan daerah.
Puan yang tiba di lokasi disambut oleh pendiri SLH Gunung Moria, Aileen Hambali Riady. Ia kemudian bertemu dan berdialog dengan para siswa Papua yang tengah menempuh pendidikan di sekolah tersebut.
“Saat saya diceritakan tentang Sekolah Lentera Harapan Gunung Moria, saya langsung berpikir ini bagus sekali inisiatifnya Yayasan Pendidikan Harapan Papua (YPHP),” ujar Puan dalam keterangan tertulisnya.
Menurutnya, konsep pendidikan ini sangat sejalan dengan nilai-nilai Pancasila, bernafaskan semangat gotong royong yang menjadi ciri khas bangsa Indonesia.
Dalam semangat gotong royong, Puan menekankan prinsip no one gets left behind atau tidak boleh ada yang tertinggal harus menjadi prioritas.
Menurut Puan, jika anak-anak di Pulau Jawa atau wilayah metropolitan dapat mengakses pendidikan yang baik, maka anak-anak di Papua pun memiliki hak yang sama untuk memperoleh pendidikan yang layak.
“Dalam semangat gotong royong maka kesejahteraan hidup adalah hak semua rakyat Indonesia dari Sabang sampai Merauke, dari Miangas sampai Pulau Rote,” kata Puan.
Puan menyampaikan dalam kunjungan tersebut ia turut mengajak sejumlah anggota Fraksi PDI Perjuangan DPR RI untuk melihat langsung inisiatif YPHP dalam mendirikan lembaga pendidikan itu.
Sejumlah anggota Fraksi PDIP yang mendampingi Puan antara lain Wakil Ketua Komisi VIII DPR Abidin Fikri, Wakil Ketua Komisi IX DPR Charles Honoris.
Hadir juga Kapoksi Komisi VIII DPR Selly Andriany Gantina, Kapoksi Komisi IX DPR Edy Wuryanto, Anggota Komisi X DPR Denny Cagur, serta Anggota Komisi X DPR Once Mekel.
“Saya sengaja mengajak teman-teman anggota DPR-RI Fraksi PDI Perjuangan supaya dapat melihat langsung inisiatif yang baik ini dari elemen masyarakat seperti YPHP,” terangnya.
Kedatangan Puan beserta rombongan juga sekaligus untuk menyalurkan bantuan demi mendukung kelancaran kegiatan anak-anak di SLH Gunung Moria.
Ia menyampaikan bahwa DPR ingin belajar dari inisiatif Yayasan YPHP, sekaligus bermain dan berinteraksi langsung dengan para siswa.
Sebagai informasi, SLH Gunung Moria resmi memulai tahun ajaran pertamanya pada Juli 2023. YPHP melihat adanya urgensi untuk membangun fondasi yang kuat dalam ekosistem tempat anak-anak Papua tumbuh dan belajar setiap hari.
Sebanyak 300 putra-putri Papua dari wilayah pedalaman diberangkatkan melalui jalur laut menuju Karawaci, Tangerang, untuk memulai perjalanan pendidikan mereka.
Anak-anak ini sebelumnya menempuh pendidikan TK dan SD di pedalaman Papua dengan bantuan YPHP, lalu saat memasuki jenjang SMP mereka dibawa ke Jakarta untuk melanjutkan studi.
Yayasan YPHP berharap, para siswa yang mendapatkan pendidikan di SLH Gunung Moria kelak memiliki hati untuk kembali dan melayani dalam tiga bidang yang menjadi fokus Yayasan yakni, pendidikan, pelayanan kesehatan, dan pelayanan gereja.
Harapannya, para siswa ini kelak terpanggil untuk kembali ke pedalaman Papua dan membangun daerahnya, baik sebagai guru, perawat, maupun pelayan umat.
Puan juga mengapresiasi visi SLH Gunung Moria yang mendorong siswa menjadi life long learner atau pembelajar sepanjang hayat. Menurutnya, ilmu pengetahuan harus terus dipelajari dan dikembangkan, bahkan setelah lulus dari bangku sekolah.
“Mari kita jalankan semangat gotong royong untuk memastikan bahwa semua anak-anak di Indonesia mendapat pendidikan berkualitas dan menjadi manusia-manusia Indonesia yang seutuhnya,” jelasnya.
Pada kesempatan itu, Puan diperlihatkan sejumlah gambar dan foto yang menampilkan aktivitas pendidikan di pedalaman Papua yang dilakukan YPHP.
Beberapa anak juga membagikan pengalaman mereka secara langsung. Salah satunya adalah Yonce, yang saat masih bersekolah di Papua harus bangun pukul 03.00 dini hari karena perjalanan menuju sekolah sangat jauh.
Ia menempuh jalan kaki tanpa penerangan, melewati bukit-bukit dan jembatan berbahaya demi bisa bersekolah.
“Saya capek dan takut sebenarnya saat itu, karena banyak tanah yang longsor. Saya juga takut jatuh dari jembatan karena jembatan itu sudah rusak dan roboh,” ungkap Yonce.
Oleh karena itu, Yonce bersyukur mendapatkan bantuan pendidikan dan kini bisa bersekolah di SLH Gunung Moria. Kepada Puan, ia mengungkapkan cita-citanya untuk menjadi dokter dan kembali membangun kampung halamannya.
“Karena di Papua banyak orang sakit, dan tidak ada yang membantu melayani,” ungkapnya.
Sama seperti Yonce, siswa bernama Emma Grace asal Papua Pegunungan Tengah menyatakan keinginannya untuk menjadi tenaga kesehatan dan membantu masyarakat di daerahnya.
“Saya juga ingin mengajarkan orang-orang tua di sana bisa berbahasa Indonesia karena mereka tidak mengerti Bahasa Indonesia,” ucap Emma. (Redaksi)










