Melani menjadi korban kekerasan kelompok bersenjata pada Jumat 10 Oktober 2025, saat hendak melakukan penanaman pohon di area perbukitan bersama para guru dan siswanya.
JAYAPURA, Koranpapua.id– Aparat kepolisian diminta mengusut tuntas kasus kekerasan oleh Kelompok Kriminal Bersenjata (KKB) yang menyebabkan ibu guru Melani Miryam Wamea, meninggal dunia.
Kasus kekerasan yang dialami ibu guru Melani ini terjadi di Kampung Holuwon, Distrik Holuwon, Kabupaten Yahukimo, Provinsi Papua Pegunungan, Jumat 10 Oktober 2025.
“Kami mohon aparat penegak hukum dapat mengusut tuntas kasus ini. Kami percaya Tuhan akan menyertai dan memberikan kekuatan kepada aparat kepolisian dalam melaksanakan tugasnya,” harap Peter Wamea, keluarga Melani.
Harapan kepada polisi ini disampaikan Peter saat ibadah penguatan atas almarhum yang dilaksanakan di Perumahan Grand Rolo, Koya Tengah, Kota Jayapura pada Senin 13 Oktober 2025.
Ibadah juga dihadiri Kabid Humas Polda Papua Kombes Pol. Cahyo Sukarnito yang mewakili Kapolda Papua, Irjen Pol. Patrige R. Renwarin.
“Kami ikut berduka cita mendalam atas kejadian ini. Almarhumah adalah sosok pengabdi dan pejuang pendidikan di Tanah Papua,” ujar Cahyo.
“Beliau juga salah satu putri terbaik Tanah Papua yang gugur dalam pengabdiannya mencerdaskan anak bangsa di Kabupaten Yahukimo,” tambah Cahyo.
Dikatakan, kehadiran dirinya di rumah duka untuk saling menguatkan, terutama bagi keluarga yang ditinggalkan.
Kepolisian bersama dengan pemerintah, ke depan akan terus mengevaluasi peningkatan keamanan dan keselamatan bagi para tenaga pendidik di seluruh wilayah Papua.
Seperti pernah diberitakan, Melani Miryam Wamea adalah seorang guru di pedalaman Yahukimo.
Ia mengabdikan hidupnya untuk mengajar anak-anak di kampung Holuwon, Distrik Holuwon, Kabupaten Yahukimo.
Melani menjadi korban kekerasan kelompok bersenjata pada Jumat 10 Oktober 2025, saat hendak melakukan penanaman pohon di area perbukitan bersama para guru dan siswanya.
Saat rombongan guru dan siswa tiba di lokasi penanaman pohon, seorang siswa melihat ada dua orang tidak dikenal membawa parang dan panah di bawah bukit.
Seorang saksi menuruni bukit untuk memastikan keberadaan orang tidak dikenal itu, namun saksi di tengah jalan mendengar teriakan minta tolong.
Dan ketika dihampiri, ternyata teriakan itu dari ibu guru Melani yang sudah bersimbah darah dan dalam keadaan kritis.
Korban kemudian dievakuasi dengan pesawat MAF ke Wamena dan selanjutnya dibawa ke RS Bhayangkara Jayapura. Namun nyawa korban tidak tertolong. (Redaksi)