TIMIKA, Koranpapua.id- Pernyataan Sebby Sambom, Juru Bicara Tentara Pembebasan Nasional Papua Barat-Organisasi Papua Merdeka (TPNPB-OPM) terkait penyerangan tenaga kesehatan (Nakes) dan guru di Yahukimo, dibantah Pusat Penerangan (Puspen) TNI.
Mayjen Kristomei Sianturi, Kepala Pusat Penerangan (Kapuspen) TNI mengatakan bahwa, guru dan Nakes yang menjadi korban penyerangan TPNPB-OPM di Distrik Anggruk, Kabupaten Yahukimo, Papua Pegunungan, tidak terafiliasi TNI.
Hal ini kembali ditegaskan Mayjen Kristomei, untuk membantah pernyataan Sebby Sambom yang masih menyebut para guru dan Nakes yang diserang di Yahukimo merupakan agen militer Indonesia.
Kristomei menegaskan bahwa para tenaga profesional tersebut tidak memiliki keterlibatan maupun keterkaitan organisasi dengan TNI, yang tergabung dalam Satgas TNI.
“Mereka bertugas di Distrik Anggruk maupun distrik lainnya di Kabupaten Yahukimo adalah tenaga profesional yang tidak berafiliasi dengan satuan tugas TNI,” tegas Kristomei dalam keterangannya di Jakarta, Senin 7 Juli 2025.
Dikatakan, para guru dan Nakes merupakan warga sipil yang bekerja secara profesional. Berdedikasi tinggi dan murni bekerja melayani masyarakat dalam bidang pendidikan dan kesehatan.
Yayasan Serafim bersama Pemerintah Daerah Kabupaten Yahukimo juga sudah menyampaikan bahwa, guru dan tenaga kesehatan yang ditempatkan di 33 distrik adalah tenaga profesional.
Mereka telah mengikuti seluruh tahapan seleksi yang ketat dan dinyatakan layak ditempatkan di wilayah tugas masing-masing.
Penugasan bersifat murni untuk pelayanan publik dan tidak memiliki keterkaitan dengan aktivitas militer.
Kristomei mengatakan, penyerangan terhadap para tenaga pengajar dan kesehatan ini bukan hanya bentuk kekerasan individu.
Tetapi juga kejahatan kemanusiaan yang menjadi ancaman serius terhadap upaya pemerintah dan TNI dalam membangun Sumber Daya Manusia (SDM) dan percepatan pembangunan di Papua.
“TNI bersama pemerintah daerah berkomitmen terus memberikan perlindungan maksimal kepada para tenaga pendidik dan tenaga kesehatan agar mereka dapat menjalankan tugas mulia tanpa rasa takut,” ucap Kristomei.
Seperti diketahui, TPNPB-OPM telah melakukan penyerangan terhadap para guru dan tenaga kesehatan di Distrik Anggruk, Kabupaten Yahukimo, pada 21-22 Maret 2025.
Penyerangan pertama yang dilakukan sekitar 10 sampai 15 orang, terjadi pada 21 Maret 2025 sekitar pukul 16.00 WIT.
Sementara penyerangan kedua terjadi pada 22 Maret 2025 sekitar pukul 07.00 WIT, oleh delapan orang pelaku.
Pada penyerangan pertama menewaskan seorang guru bernama Rosalia Rerek Sogen asal Kabupaten Flores Timur, Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT). (Redaksi)