TIMIKA, Koranpapua.id- Di tengah masih ramainya isu pro kontra sejumlah kalangan, tidak menyurutkan niat PT Honai Ajkwa Lorentz (PT HAL) bersama PT Tambang Mineral Papua (PT TMP) untuk membuka pabrik semen dan keramik di Timika, Kabupaten Mimika, Provinsi Papua Tengah.
Keseriusan membuka pabrik ini ditandai dengan rencana dua perusahaan itu melakukan doa syukur dan bakar batu groundbreaking (peletakan batu pertama) pembangunan Infrastructure Capex Site atau pabrik semen dan keramik berbahan baku utama tailing dari PT Freeport Indonesia.
Groundbreaking akan berlangsung, besok Sabtu 18 Januari 2025 di lokasi pembangunan pabrik yang beralamat di Jalan Nabire Mile 32 atau tepatnya di samping Mayon 754.
Pabrik tersebut rencananya dibangun di atas lahan seluas 9 hektare milik Panius Kogoya yang juga merupakan Komisaris Utama PT Honai Ajkwa Lorents.
Fenty Ajkwa Widiyawati, Direktur Utama, PT Honya Ajkwa Lorents dalam jumpa pers di salah satu hotel di Timika, Jumat 17 Januari 2025 mengungkapkan pembangunan pabrik merupakan langkah strategis untuk menjawab kebutuhan masyarakat Papua.
Apalagi selama ini masyarakat Papua minim mendapatkan perhatian oleh para pelaku industri, karena keterbatasan infrastruktur terutama menyediakan semen dengan harga terjangkau.
Dikatakan, dengan dibukanya pabrik semen, keramik dan Capex dapat membuka peluang lapangan pekerjaan bagi masyarakat Papua.
Perusahaan akan merekrut putra-putri asli orang Papua, dengan demikian dapat menekan terjadinya kasus kriminalitas karena masalah tingginya angka pengangguran.
Dijelaskan Fenty, pabrik semen rencananya dibangun di atas 8,5 hektare dari 9 hektare lahan yang disiapkan, dengan tingkat produksi semen tahun pertama dan kedua sebanyak 21.900.000 ton.
Jumlah tersebut menggunakan tiga shift sebanyak 365 hari dengan minimum tonase 3.000 ton perjam, berkolaborasi dengan 16 subkontraktor, baik lokal maupun asing.
“Kapasitas 21.900.000 ton semen ini untuk dua tahun produksinya sangat besar,” jelasnya.
Pihaknya akan kembali duduk membicarakan peningkatan produksi setelah enam tahun pabrik berjalan.
“Apakah tetap diangka produksi saat ini atau menambah. Kalau kami naikan jumlah produksinya sudah pasti kami butuh tambah karyawan,” paparnya.
Dikatakan, saat ini perusahaan lebih fokus membangun infrastruktur jalan dan persiapan konstruksi pabrik semen dan keramik.
Total investasi pabrik ini sebesar Rp300 miliar sudah termasuk kategori lahan, penimbunan, armada, sumber daya manusia.
Termasuk teknologi, konstruksi bangunan dan membiayai kegiatan pelatihan dan pendidikan dalam meningkatkan kapasitas serta skill karyawan.
“Jadi tahap awal pembangunan pada pabrik keramik atau Capex Site, untuk bisa cepat produksi sekitar November atau Desember tahun 2025,” pungkasnya.
Setelah mulai produksi Capex Site diakhir tahun 2025, akan bersamaan dengan proses pembangunan konstruksi pabrik semen, sehingga pabrik semen ditargetkan mulai beroperasi pada pertengan tahun 2027.
Namun demikian, berdasarkan konsultasi dengan konsultan Jerman, untuk membangun konstruksi pabrik semen hanya membutuhkan waktu delapan bulan.
“Jadi pekerjaan pembangunan pabrik ini paling lama tahap awal penimbunan lahan. Karena lebih banyak bekerja manual daripada teknologi atau mesin,” katanya.
Dalam pembangunan ini sangat erat kaitannya dengan persoalan Analisis Dampak Lingkungan (Amdal).
Atas persoalan tersebut, dirinya telah berkoordinasi dengan tim konsultan dari Jakarta, Surabaya dan Jerman.
Secara internal sudah mempunyai kiat-kiat khusus yang dalam waktu dekat akan bekerjasama dengan anak-anak putra bangsa, mulai dari Aceh sampai Papua yang tergabung dalam Asosiasi Energy Terbarukan.
“Saya akan bawakan mereka ke Papua untuk bergabung dengan tim Uncen. Kehadiran mereka akan memberikan masukan kepada kami apa saja yang akan kami lakukan ketika mengajukan izin Amdal,” jelasnya.
Fenty mengungkapkan kehadiran pabrik tidak terlepas dari Amdal terutama berhubungan dengan polusi udara, polusi air.
Serta bagaimana mencari solusi agar polusinya menjadi zero atau nol agar supaya tidak menimbulkan permasalahan baru di kemudian hari.
Untuk pengurusan pengurusan Amdal ini, pihaknya akan bekerja secara paralel berdasarkan masten plan perusahaan.
Dalam pengurusan Amdal ini melibatkan beberapa asosiasi keahlian ketika mengajukan Izin Mendirikan Bangunan (IMB) yang menjadi tanggung jawab PT HAL.
Dikatakan untuk semua pengurusan izin pembangunan pabrik menjadi tanggung jawab PT Tambang Mineral Papua sebagai anak usaha Badan Usaha Milik Daerah (BUMD) Provinsi Papua.
Fenty menegaskan komitmen untuk membuka pabrik semen di Timika Papua tetap dilakukan. Tujuan supaya bisa menghasilkan sebuah prodak semen dan keramik dari Papua.
Hasil pruduksinya dapat memenuhi kebutuhan rumah tangga maupun pembangunan di wilayah Papua secara umum dengan harga terjangkau.
Ia mengakui sudah 12 tahun melakukan penelitian dan membuat formula Sisa Hasil Pengolahan (SHP) atau limbah B3 tailing tersebut bisa digunakan menjadi prodak bernilai ekonomi.
Ia juga menyiapkan formulasi bahan baku lain yang akan digunakan jika Freeport tidak mengijinkan tailing digunakan sebagai bahan baku pabrik semen dan keramik.
“Saya terima kasih kepada manajemen PT Freeport yang sejak tahun 2012 sudah memberikan izin kepada saya untuk riset tailing,” ucapnya.
Terima kasih juga Fenty sampaikan kepada Dinas ESDM Papua yang telah memberikan peluang kepadanya untuk menjadi peneliti secara mandiri semasa almarhum Gubernur Lukas Enembe.
Dikatakan isu pembangunan pabrik semen ini bukan baru muncul sekarang, tetapi sudah lama dan sekarang butuh suatu tindakan nyata.
Hadir dalam jumpa pers ini Hamdani, General Manager PT Honay Ajkwa Lorents, Muhammad Irsal Arfan, Kepala Government Relationship PT Honay Ajkwa Lorents, Panius Kogoya, Komisaris Utama PT Honay Ajkwa Lorents dan Melfi Dwi Andayani, Kepala Cabang PT Honay Ajkwa Lorents. (Redaksi)