TIMIKA, Koranpapua.id- SMA Negeri 5 Sentra Pendidikan Mimika yang beralamat di Jalan Poros SPV Timika, Papua Tengah menggelar acara perpisahan siswa-siswi kelas XII, Sabtu 4 Mei 2024.
Sebanyak 153 anak asli Papua dari dua suku besar dan lima suku kerabat di Mimika mengakhiri masa belajar di sekolah itu.
Namun sayang di acara perpisahan yang berlangsung di Sentra Pendidikan dan mengangkat tema “Teruskan Perjuanganmu Menghadapi Dunia Nyata” tidak dihadiri satupun pejabat.
Padahal pihak sekolah sudah mengundang sejumlah pejabat pemerintah, termasuk pejabat Dinas Pendidikan (Disdik) Mimika.
Kepala SMAN 5 Sentra Pendidikan Mimika, Yohanes Napan mengatakan, sangat menyayangkan keputusan para pejabat untuk tidak hadir dalam acara perpisahan itu.
Padahal pihak sekolah sudah mengemas acara perpisahan dengan baik. Dirangkai dengan bakar batu serta dilengkapi dengan tarian menggunakan baju adat bentuk dari budaya Papua.
Menurutnya, lembaga pendidikan Sentra Pendidikan hanya dilihat sebelah mata, bahkan tidak terlihat sekalipun oleh pejabat Mimika maupun Dinas Pendidikan.
“Setiap tahun saat acara perpisahan sekolah, kami selalu mengirim undangan ke pejabat Pemda Mimika tetapi tidak ada yang hadir meski sekedar perwakilan,” kesalnya.
Napan mempertanyakan alasan Dinas Pendidikan dan DPRDKomisi C tidak menghadiri pelepasan ratusan anak tujuh suku yang prestasinya tidak kalah dengan anak-anak di sekolah lain.
Kehadiran para pejabat seharusnya menjadi sesuatu yang penting guna memberikan support kepada anak-anak yang berasal dari tujuh suku.
“Ini sebenarnya ada apa, ini anak-anak asli tujuh suku, masa tidak ada perhatiannya sama sekali padahal kantor Dinas Pendidikan tidak jauh dari SMAN 5 Sentra Pendidikan,” tanya Napan
SMA Negeri 5 bagaikan sekolah sisa dari beberapa sekolah favorit dan unggulan yang ada di Mimika. Setelah ditolak dan tidak diterima di beberapa lembaga pendidikan, akhirnya mereka ditampung di Sentra Pendidikan.
“Anak-anak ini yang diseleksi dari YPMAK tidak lulus, di Taruna tidak lulus, di Lokon tidak lulus, baru mereka ke sini. Seperti sekolah buangan, makanya pemerintah dan dinas tidak perhatikan,” pungkasnya.
Napan menyampaikan dirinya sudah tidak mengharapkan perhatian dari Dinas Pendidikan maupun Pemda Mimika. Yang penting pihak sekolah saat ini fokus memberikan perhatian dan pendampingan terhadap siswanya agar tidak terlantar. (Redaksi)