Pihak TPNPB juga menegaskan kepada Presiden Prabowo Subianto bersama Panglima TNI bahwa aksi pembantaian 12 warga sipil di kampung Soanggama telah mengorbankan warga negaranya sendiri.
TIMIKA, Koranpapua.id- Sebby Sambom, Juru Bicara Tentara Pembebasan Nasional Papua Barat-Organisasi Papua Merdeka (TPNPB-OPM) mengatakan dirinya perlu menanggapi kesimpangsiuran status dari 15 korban tewas di kampung Soanggama, Intan Jaya.
Ia menyebutkan hanwa, pihaknya memastikan hanya tiga anggotanya yang tewas dalam aksi pengepungan TNI-Polri ke salah satu rumah warga di kampung Soanggama, Distrik Hitadipa, Kabupaten Intan Jaya, Papua Tengah, Rabu 15 Oktober 2025.
“Operasi tempur yang dilakukan oleh aparat militer Indonesia di kampung Soanggama pada 15 Oktober 2025 mengakibatkan tiga prajurit TPNPB gugur,” ujar Sebby Sambom dalam siaran persnya, Minggu 19 Oktober 2025.
Sebby menyebutkan tiga anggota TPNPB yang gugur telah terkonfirmasi yakni Kapten Ipe Kogoya, wakil staf bidang logistik, Poli Kogoya, dan Januari Murib, pasukan aktif TPNPB Kodap XVIII Ilaga.
“Itu artinya, 12 orang lainnya adalah warga sipil yang ditembak mati oleh aparat militer Indonesia pada hari yang sama di kampung Soanggama,” ujarnya.
Diantara 12 korban dalam aksi pembantaian itu, kata Sebby, menewaskan seorang warga sipil yang mengalami gangguan kejiwaan, dan satu orang ibu rumah tangga.
Atas kejadian itu, Manajemen Markas Pusat Komando Nasional TPNPB menyampaikan turut berdukacita atas tewasnya 12 warga sipil di kampung Soanggama.
“Kami turut berduka cita, kiranya Tuhan sang maha kuasa mengampuni dosa dan mereka diterima di sisi kanan Tuhan,” ungkap Sebby.
Pihak TPNPB juga menegaskan kepada Presiden Prabowo Subianto bersama Panglima TNI bahwa aksi pembantaian 12 warga sipil di kampung Soanggama telah mengorbankan warga negaranya sendiri.
Di lain sisi, negara Indonesia hingga kini masih saja melindungi para pelaku kejahatan kemanusiaan di Tanah Papua. Termasuk pelaku pembantaian 12 warga sipil di kampung Soanggama.
“Pembunuhan dan pembantaian orang Papua yang dilakukan oleh aparat militer Indonesia, tidak pernah Indonesia bersama institusi Polri dan TNI mengakui perbuatan mereka,” pungkasnya. (Redaksi)bby










