TIMIKA, Koranpapua.id- Puluhan perawat dan dokter di Kabupaten Mimika mengikuti Pelatihan Deteksi Dini dan Tatalaksana Orang Dengan Gangguan Jiwa (ODGJ).
Pelatihan yang digagas Dinas Kesehatan Mimika, Provinsi Papua Tengah menghadirkan dua narasumber yakni, Nr. Nasrah Halim, M.Kes. Sp. Kep.J dari Rumah Sakit Jiwa Abepura Jayapura dan dr. Manoe Bernd Paul, Sp. KJ, subsp.AR(K).
Sementara peserta pelatihan dibagi di dua tempat berbeda.
Untuk peserta kelas perawat bagian Promosi Kesehatan (Promkes) merupakan perwakilan beberapa BLUD Puskesmas berlangsung di Grand Tembaga Hotel, sedangkan untuk tenaga dokter pelatihan dipusatkan di Hotel Horison Ultima.
Peserta perawat yang ikut dalam pelatihan itu yakni perwakilan dari BLUD Puskesmas Karang Senang, BLUD Puskesmas Timika Jaya dan BLUD Puskesmas Mapurujaya serta perwakilan tenaga kesehatan dari Puskesmas wilayah pantai dan gunung.
Nr. Nasrah Halim, M.Kes. Sp. Kep.J. Nr. Nasrah tampil sebagai narasumber dengan materi tentang konsep asuhan keperawatan deteksi dini, asuhan keperawatan kegawat daruratan dan asuhan keperawatan psikososial.
Sementara para dokter, pemateri dr. Manoe Bernd Paul, Sp. KJ, subsp.AR(K) dan dr. Manoe Bernd Paul membawakan materi tentang gangguan ansietas, gangguan depresi, gangguan perkembangan.
Serta materi masalah psikososial pada anak dan remaja, wawancara psikiatri, kegawat daruratan psikiatrik, deteksi dini masalah kesehatan jiwa.
Nr. Nasrah Halim menjelaskan, pelatihan bagi perawat Puskesmas bertujuan agar bisa menangani deteksi dini, sehingga dapat menekan jangan sampai adanya risiko dengan gangguan jiwa.
Dikatakan Nasrah, melalui deteksi dini bertujuan agar tidak menambah risiko gangguan jiwa kepada pasien maupun terhadap keluarga dan orang di sekitarnya.
Kegiatan deteksi dini dilakukan satu paket, baik untuk anggota keluarga maupun dalam komunitas.
Nasrah berharap melalui pelatihan ini, tenaga kesehatan di Puskesmas ketika turun ke lapangan, mampu mendeteksi sejauh mana kondisi kesehatan jiwa anggota keluarga di wilayah pelayanan.
Ia mencontohkan dalam mendeteksi dini dalam keluarga terdapat lima orang terdiri dari ayah, ibu dan ketiga anak.
Setelah dilakukan deteksi akan diketahui ada yang mengalami gangguan, berisiko dan ada yang sehat jiwa.
Kegiatan mendeteksi dini sangat penting supaya bisa mengetahui kondisi kesehatan jiwa masyarakat di sebuah kampung, desa, kelurahan.
Dengan demikian dapat diketahui berapa yang mengalami gangguan jiwa dan berapa yang dengan berisiko serta berapa yang sehat jiwa.
Disampaikan, dengan deteksi dini bisa mengetahui pasien tersebut mengalami gangguan fisik, mental.
Dengan demikian bisa mencari solusi supaya sakit fisik dan mentalnya tidak berisiko dan pasiennya kembali sehat.
Pasien yang mengalami gangguan jiwa bukan saja karena faktor genetik (keturunan) tetapi penyebabnya bisa timbul dari faktor psikologis dan sosial.
Dimana dipengaruhi tekanan hidup yang semakin berat sehingga mendorong timbulnya konsep dirinya yang mengarah pada sakit jiwa, dan ini merupakan salah satu pencetus genetik.
Dijelaskan untuk menentukan dan mengetahui seseorang sakit jiwa karena faktor genetik harus mengambil assesmen tiga generasi.
Yaitu dari garis keturunan ayah maupun ibunya,
mulai dari nenek atau kakek, ayahnya dan pasien itu sendiri. Atau dua generasi diambil dari saudari perempuan bapaknya.
Namun berdasarkan pengalamannya, selama ini munculnya pasien gangguan jiwa tidak selamanya disebabkan faktor genetik melainkan psikologis dan sosial.
Faktor psikologis muncul karena konsep diri, pola asuh yang salah, tekanan hidup ekonomi yang sulit sehingga membuat stres.
Pasien gangguan jiwa bisa diberikan pendampingan pola sehat yang kategori risiko berusaha sehat.
Dan untuk ODGJ perlu memberi perhatian dan pengawasan supaya yang bersangkutan mampu mandiri.
Karena ODGJ telah melewati fase sehat dan berisiko. Sementara yang berisiko diupayakan untuk kembali sehat (bukan sembuh-red).
Nasrah mengapresiasi Dinas Kesehatan Mimika yang sudah melaksanakan pelatihan deteksi dini gangguan jiwa bagi Nakes, sehingga dapat melakukan edukasi kepada masyarakat.
Deteksi dini seperti ini sudah menjadi program khusus dengan sasaran kepada masyarakat. Bahwa pasien gangguan jiwa perawatannya dibawa ke rumah sakit jiwa.
Sedangkan orang dengan risiko dan sehat penanganannya di komunitas atau di rumah-rumah.
Program deteksi dini ini, selain menjadi sumber data pemerintah juga untuk memudahkan pemerintah dalam memantau dan mengawasi upaya pemulihan kesehatan jiwa.
Namun yang menjadi persoalan sekarang ada banyak pasien yang sudah pulih sakitnya, tetapi lalai atau kurang mendapat perhatian dalam mengonsumsi obat sehingga akhirnya kambuh kembali.
“Apabila itu terjadi maka pekerjaan pelayanan kesehatan jiwa harus dimulai dari fase awal lagi,” pungkasnya. (Redaksi)