ADVERTISEMENT
Kamis, November 13, 2025
Koran Papua
No Result
View All Result
  • Papua
  • Nusantara
  • Politik
  • Budaya
  • Ekonomi
  • Hukrim
  • Kesehatan
  • Opini
  • Pendidikan
  • Foto
Koran Papua
No Result
View All Result
  • Papua
  • Nusantara
  • Politik
  • Budaya
  • Ekonomi
  • Hukrim
  • Kesehatan
  • Opini
  • Pendidikan
  • Foto
ADVERTISEMENT
Home Budaya

Dari Luka ke Karya: Mama Paskalina Menenun Harapan Lewat Sanggar Janda Papurara

8 November 2025
0
Dari Luka ke Karya: Mama Paskalina Menenun Harapan Lewat Sanggar Janda Papurara

Mama Paskalina Utappo pendiri Sanggar Janda Papurara. (foto:Hayun Nuhuyanan/koranpapua.id)

Bagikan ke FacebookBagikan ke XBagikan ke WhatsApp

Karya tangan Mama Paskalina kini tidak hanya dikenal di Mimika. Anyamannya telah menembus pasar hingga Tembagapura dan bahkan ke Amerika Serikat.

TIMIKA, Koranpapua.id- Seni merupakan cerminan jiwa manusia dan sering kali menjadi sumber inspirasi yang tak terbatas.

Melalui kisah-kisah tentang seni yang pernah dilalui seseorang, kita dapat memahami lebih dalam tentang proses kreatif, perjuangan dan keindahan yang dihasilkan seorang seniman.

ADVERTISEMENT

Berikut kisah inspiratif yang dilakoni mama Paskalina Utappo, perempuan tangguh asal Suku Kamoro yang kini berdiri tegak di tengah karyanya sendiri.

Advertisement. Scroll to continue reading.

Dulu, Mama Paskalina Utappo hanya bisa menatap dari jauh setiap kali sanggar budaya menolak keinginannya untuk bergabung.

Baca Juga

Gallery Foto Dinkes Mimika Peringati Hari Kesehatan Nasional ke-61 Tahun 2025

Rakerkesda PPT 2025 di Timika Komitmen Titikberatkan Penguatan Pelayanan Kesehatan Wilayah Terpencil

Kini mama Paskalina boleh sedikit mengangkat kepalanya. Ia berhasil memimpin Sanggar Janda Papurara, yang didirikan sendiri tahun 2023.

Wadah ini sebagai simbol keberanian, kemandirian, dan cinta terhadap budaya leluhurnya.

Nama Papurara dalam bahasa Kamoro berarti “terombang-ambing tanpa kepastian.” Kata itu menggambarkan perasaan terdalam Paskalina setelah berkali-kali mengalami penolakan.

Tapi dari ketidakpastian itu, lahir kekuatan baru – kekuatan seorang perempuan yang menolak menyerah.

“Sudah banyak kali saya mau gabung sanggar lain, tapi tidak diterima. Akhirnya saya bilang ke anak, sudah, kita bikin sendiri saja,” kisah Mama Paskalina sambil tersenyum mengenang awal mula perjuangannya.

Dengan tekad dan dukungan dua anaknya, Mama Paskalina mulai menenun asa dari helai demi helai daun pandan yang dikeringkan di bawah matahari.

Awalnya, hasil anyamannya hanya dititipkan di toko kecil. Tak disangka, karya tangannya laku keras, bahkan ada yang dibeli dengan harga hingga Rp1 juta.

Dari sana, langkahnya kian mantap. Ia resmi membentuk sanggar sendiri, mulai mengajak perempuan lain bergabung.

Saat ini sudah ada 18 anggota aktif bersama dirinya memproduksi beragam kerajinan khas Kamoro.

“Saya senang, sekarang sudah punya sanggar sendiri. Kita kerja sama-sama seperti keluarga, saling bantu,” tuturnya.

Karya tangan Mama Paskalina kini tidak hanya dikenal di Mimika. Anyamannya telah menembus pasar hingga Tembagapura dan bahkan ke Amerika Serikat.

Setiap bulan, sanggar ini mampu menghasilkan pendapatan hingga Rp5 juta, cukup untuk memenuhi kebutuhan keluarga dan menyekolahkan anak-anak.

Produk yang dihasilkan pun beragam, mulai dari anyaman kecil seharga Rp100 ribu, hingga karya besar bernilai Rp300 ribu.

Semua dibuat dengan proses tradisional — direbus, dikeringkan, dan dirangkai dengan sabar.

Namun bagi Mama Paskalina, nilai sejati dari sanggarnya bukan sekadar uang.

Ia ingin menjadikan Sanggar Janda Papurara sebagai ruang aman bagi perempuan Kamoro untuk berkarya dan mempertahankan budaya mereka.

“Saya mau pemerintah bantu kami supaya budaya ini tidak hilang. Kami mau anak-anak muda juga ikut belajar,” pintanya.

Pelestarian Budaya yang Terancam Punah

Antonius Mumu Kare, pengrajin senion Kamoro.

Kegigihan Mama Paskalina sejalan dengan suara pengrajin senior Kamoro, Antonius Mumu Kare, yang telah menekuni seni ukir kayu sejak usia delapan tahun – selama 34 tahun.

Ia khawatir generasi muda kini semakin jauh dari akar budaya.

“Ini budaya dari moyang. Bapak mati, tinggalkan ke anak. Tapi sekarang yang kerja tinggal orang-orang tua. Anak-anak muda jarang sekali,” kata Antonius dengan nada prihatin.

Menurutnya, seni ukir kayu dan kerajinan Kamoro adalah identitas yang tak boleh pudar. Ia berharap anak-anak muda mulai terlibat, agar warisan leluhur tidak hilang ditelan zaman.

“Anak muda harus bangkit. Sudah banyak yang sebenarnya bisa, tapi perlu dorongan,” ujarnya tegas.

Baik Paskalina maupun Antonius sama-sama menjadi wajah perjuangan budaya Kamoro di tengah arus modernisasi.

Keduanya membuktikan bahwa pelestarian budaya tidak hanya tentang mempertahankan tradisi, tetapi juga tentang melawan rasa putus asa dan berdiri di atas kaki sendiri.

Karena bagi Paskalina dan Antonius, karya seni yang  dilakoni adalah merupakan salah satu cara untuk mengekperasikan perasaan mereka dan terhubung dengan leluhur. (*)

Penulis: Hayun Nuhuyanan

Editor: Marthen LL Moru

I am raw html block.
Click edit button to change this html

Cek juga berita-berita Koranpapua.id di Google News

Baca Artikel Lainnya

Gallery Foto Dinkes Mimika Peringati Hari Kesehatan Nasional ke-61 Tahun 2025

Gallery Foto Dinkes Mimika Peringati Hari Kesehatan Nasional ke-61 Tahun 2025

12 November 2025
Rakerkesda PPT 2025 di Timika Komitmen Titikberatkan Penguatan Pelayanan Kesehatan Wilayah Terpencil

Rakerkesda PPT 2025 di Timika Komitmen Titikberatkan Penguatan Pelayanan Kesehatan Wilayah Terpencil

12 November 2025

Warnai HKN 2025, Dinkes Mimika Selenggarakan Pameran ‘Lensa Pengabdian’, Dibuka untuk Umum

12 November 2025
MRP Cabut Permohonan Uji Materi UU Nomor 2 Otsus Papua

MRP Cabut Permohonan Uji Materi UU Nomor 2 Otsus Papua

12 November 2025
Polisi Sita 81 Bahan Baku Anak Panah di Terminal Kedatangan Bandara Mozes Kilangin Timika

Polisi Sita 81 Bahan Baku Anak Panah di Terminal Kedatangan Bandara Mozes Kilangin Timika

12 November 2025
Banjir Longsor Nduga, Ini Nama 15 Warga yang Belum Ditemukan

Banjir Longsor Nduga, Ini Nama 15 Warga yang Belum Ditemukan

12 November 2025

POPULER

  • Bupati Mimika Johannes Rettob Jelaskan Alasan Penundaan Pengukuhan 133 Kepala Kampung

    Bupati Mimika Johannes Rettob Jelaskan Alasan Penundaan Pengukuhan 133 Kepala Kampung

    698 shares
    Bagikan 279 Tweet 175
  • 20 Pelajar SMA dan SMK Dogiyai Wakili Provinsi Papua Tengah di Indonesia-Pacific Cultural Synergy 2025

    627 shares
    Bagikan 251 Tweet 157
  • Gubernur NTT Melki Laka Lena Hadiri Musda II Golkar Papua Tengah di Timika

    577 shares
    Bagikan 231 Tweet 144
  • Ketika Pemimpin Melupakan Diaspora: Cermin Pengabaian Empati dari Gubernur NTT terhadap Warganya di Tanah Papua

    569 shares
    Bagikan 228 Tweet 142
  • Datang dengan Seragam Lengkap, Berbaris Rapi, Pengukuhan 133 Kepala Kampung Mimika Malah Ditunda

    565 shares
    Bagikan 226 Tweet 141
  • Kabupaten Mimika Diguncang Gempa 4,2 Magnitudo, Goyangannya Tidak Terasa

    534 shares
    Bagikan 214 Tweet 134
  • Politisi Golkar Ingatkan Gubernur Meki Nawipa Bantu Selesaikan Konflik di Papua Tengah

    534 shares
    Bagikan 214 Tweet 134
Next Post
HUT ke-74, IBI Mimika Tegaskan Komitmen Majukan Kesehatan Ibu dan Anak Menuju Indonesia Emas 2045

HUT ke-74, IBI Mimika Tegaskan Komitmen Majukan Kesehatan Ibu dan Anak Menuju Indonesia Emas 2045

Realisasi APBD Mimika 2025 Baru 51 Persen, Bupati Akui Banyak Pekerjaan Masih Berjalan

Pemkab Mimika Percepat Peresmian Fasilitas Dasar di Wilayah Pedalaman, Berikut Pernyataan Bupati Johannes Rettob

Cegah Stunting : Fondasi Masa Depan Anak Indonesia

Cegah Stunting : Fondasi Masa Depan Anak Indonesia

Koran Papua

© 2024 Koranpapua.id

Menu

  • Tentang Kami
  • Kontak
  • Pedoman Media Siber

Ikuti Kami

No Result
View All Result
  • Papua
  • Nusantara
  • Politik
  • Budaya
  • Ekonomi
  • Hukrim
  • Kesehatan
  • Opini
  • Pendidikan
  • Foto

© 2024 Koranpapua.id