TIMIKA, Koranpapua.id– Daniel Perwira, Manager Comunitty Health Development (CHD) PTFI mengatakan, malaria dan stunting masih tantangan kesehatan besar di Kabupaten Mimika.
Karena berdasarkan hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) menyebutkan angka malaria termasuk stunting masih tinggi.
Hal ini disampaikan Daniel dalam acara launching program Kesehatan Terintegrasi Menuju Papua Sehat yang berlangsung di Puskemas Mapurujaya, Distrik Mimika Timur, Kabupaten Mimika, Papua Tengah, Kamis 18 Juli 2024.
Peluncuran program Kesehatan Terintegrasi Menuju Papua Sehat dilaksanakan PT Freeport Indonesia (PTFI) bekerjasama dengan Pemerintah Kabupaten Mimika, Badan Pengembangan Internasional Amerika Serikat (USAID), Internasional SOS dan Wahana Visi Indonesia.
Terkait dengan masih tingginya dua persoalan kesehatan tersebut, maka diharapkan dengan adanya kerjasama penanganan stunting dan malaria secara terintegrasi dapat mengurangi angka kasus kejadian.
“Untuk pengendalian malaria dan stunting merupakan tanggungjawab semua pihak,” jelasnya.
Disebutkan berdasarkan hasil Riskesdas tahun 2022 itu, maka program pengendalian malaria menargetkan pada tiga kampung di pesisir dan lima kampung di wilayah kota.
Kampung-kampung yang menjadi lokasi khusus program pengendalian stunting dan malaria yaitu Kampung Koperapoka, Nawaripi, Fanamo, Ohotia, Ayuka, Tipuka, Nayaro, dan Omawita
Daniel mengungkapkan, berdasarkan hasil Survei Kesehatan Indonesia (SKI) tahun 2023, satu dari lima Balita di Indonesia mengalami stunting dengan kasus terbanyak terjadi pada usia 24 hingga 35 bulan.
Tiga provinsi dengan prevalensi stunting di Indonesia adalah Papua Tengah 39,4 persen, NTT 37,9 persen, dan Papua Pegunungan 37,43 persen.
Menurutnya, untuk menanggulangi hal tersebut, PTFI dan mitra meluncurkan program Pasti Papua.
Program ini sebagai bentuk aksi yang didukung oleh Kementerian Kesehatan Indonesia, untuk berkontribusi dalam percepatan stunting serta peningkatan status gizi di Mimika, Asmat dan Nabire.
Pada kesempatan yang sama Claus Wamafma, Director Executive Vice President Sustainable Development PTFI mengatakan, komitmen PTFI dalam menangani malaria sudah dilakukan sejak lama.
Hal ini dibuktikan dengan adanya Malaria Center yang berdiri sejak tahun 1996.
“Dari Tahun 1996 itu, orang sudah kenal Malaria Kontrol, jadi kita cukup punya keseriusan yang tinggi terkait dengan malaria, karena tidak hanya berkaitan dengan karyawan, tapi juga dengan lingkungan dan masyarakat Mimika,” jelasnya.
Dikatakan tidak hanya malaria, PTFI juga berkomitmen untuk mendorong angka stunting yang menjadi isu Nasional.
“PTFI juga mempunyai komitmen yang sama untuk mendorong dan mengurangi stunting, karena ini menjadi isu Nasional dalam beberapa kunjungan pejabat ke Mimika,”
Claus berharap kegiatan terintegrasi ini tidak hanya menjadi program, namun lebih dari itu.
Harus menjadi sebuah gerakan, sehingga bisa melibatkan semua stakeholder agar bersama-sama melawan malaria dan stunting
Johannes Rettob, Plt. Bupati Mimika memberikan apresiasi kepada PTFI dan semua pihak yang telah bekerjasama dalam mendukung penurunan malaria dan stunting di Mimika
“Pencanangan kerja sama hari ini adalah sesuatu yang luar biasa, karena selama ini kita selalu kerja parsial atau terpisah, tapi kini kita bekerjasama, terima kasih buat PTFI dan USAID,” ucapnya.
Jhon berharap agar kerja sama yang dilakukan ini dapat dilakukan dan dipraktekkan kedepannya.
Untuk diketahui hadir dalam peluncuran itu, Reynold Ubra, Kadis Kesehatan Mimika, Alice Wanma, Kadis Tanaman Pangan Hortikultura dan Perkebunan, Petrus Pali Ambaa, Kadis Perindag beserta tamu undangan lainnya.
Peluncuran program kerjasama tersebut ditandai dengan pemberian kelambu dan pengenalan program makanan sehat kepada bayi dan Balita di Distrik Mimika Timur.
Selain itu dilakukan penyemprotan insektisida atau Indoor Residual Spraying (IRS) oleh Johannes Rettob dan Christopher E. Zimmer di salah satu rumah warga yang berdekatan dengan Puskesmas Mapurujaya. (Redaksi)