Oleh dr Herlina M W Soumilena
Penulis adalah dokter umum yang bertugas pada BLUD PKM Karang Senang-Timika
Tuberkulosis merupakan penyebab kematian paling umum akibat penyakit menular di seluruh dunia. Menurut WHO Wilayah WHO South-East Asia (SEA), rumah bagi 26% populasi dunia dengan 43% beban kejadian TB (WHO Global TB Report 2021).
Diperkirakan pada tahun 2020, hampir 4,3 juta orang jatuh sakit dengan TB dan diperkirakan 700.000 meninggal (tidak termasuk kematian HIV+TB) karena penyakit tersebut yang merupakan lebih dari separuh kematian TB global yang diperkirakan 1,3 juta pada tahun tersebut.
Angka kejadian TBC di Mimika pada tahun 2023 meningkat dua kali lipat dari angka nasional, kalau nasional itu 312 per 10.000 penduduk, di Mimika angka TBC nya 707 per 10.000 penduduk.
Kematian TB menunjukkan tren peningkatan dalam lebih dari satu dekade dan sekarang sangat dekat dengan tingkat yang terlihat pada tahun 2015. setiap hari, lebih dari 4100 orang kehilangan nyawa mereka karena TB dan hampir 28 000 orang jatuh sakit dengan penyakit yang dapat dicegah dan disembuhkan ini.
Laporan dari Dirjen Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Kementrian Kesehatan mengatakan TBC di Indonesia dan Global masih menjadi masalah kesehatan yang utama. Penyakit ini merupakan satu dari 10 penyebab utama kematian dunia, dan Indonesia adalah negara dengan beban TBC peringkat ke-3 tertinggi setelah India dan China.
Berdasarkan Global TB Report 2021, diperkirakan ada 824.000 kasus TBC di Indonesia, namun pasien TBC yang berhasil ditemukan, diobati, dan dilaporkan ke dalam sistem informasi nasional hanya 393.323 (48%). Masih ada sekitar 52% kasus TBC yang belum ditemukan atau sudah ditemukan namun belum dilaporkan.
Angka kematian akibat TBC di Mimika tercatat berjumlah 27 per 100.000 penduduk.
Pada tahun 2022 data per bulan September untuk cakupan penemuan dan pengobatan TBC sebesar 39% (target satu tahun TC 90%) dan angka keberhasilan pengobatan TBC sebesar 74% (target SR 90%)
Untuk penyakit tuberkulosis kasus pada tahun 2020, kasus di Papua sebanyak 8.368 kasus dan di Papua Barat sebanyak 1.438 kasus. Untuk Provinsi Papua Tahun 2017 3.392 kasus,dan untuk Kab. Mimika Tahun 2023 Angka kejadian TBC di Mimika itu dua kali lipat dari angka nasional, kalau nasional itu 312 per 10.000 penduduk, di Mimika angka TBC nya 707 per 10.000 penduduk,
Angka kematian akibat TBC di Mimika tercatat berjumlah 27 per 100.000 penduduk . Total pasien TBC sebanyak 2223 pada tahun 2022 namun hanya 1103 yang mendapat investigasi kontak erat pasien TBC, artinya cuma 50 persen, Oleh karena itu Pemerintah mempunyal komitmen kuat untuk segera mencapal Eliminasi TBC pada tahun 2030.
Angka TBC di Mimika sangat banyak dan jenis (TBC) nya bervariasi, baik itu sensitif obat yang bisa diobati, TBC yang resisten obat (butuh terapi obat jangka panjang), TBC Bakteriologis, jenis baru, dan TB, Ekstra Paru.
TBC tulang belakang adalah salah satu bentuk TBC ekstra Paru yang sering di temui. Tidak ada data yang dapat diandalkan tentang insiden dan prevalensi TBC tulang belakang baik secara global maupun per bangsa .Namun di daerah dengan angka kejadian TBC tinggi ,kejadiannya luar biasa tinggi karena diperkirakan bahwa 10 % dari tuberculosis paru akan memiliki keterlibatan tulang.
Tulang belakang adalah bagian yang paling umum terpengaruh atau mudah terinfeksi .Kesadaran tentang TBC tulang belakang menjadi penting.Secara umum diagnosis dini dan manajemen pengobatan yang cepat sangat penting untuk mencegah cacat permanen dan cacat neurologis.
Faktor risiko TBC
Terdapat beberapa kelompok orang yang memiliki risiko lebih tinggi untuk mengalami penyakit TBC,
kelompok tersebut adalah :
- Orang dengan HIV positif dan penyakit imunokompromais lain.
- Orang yang mengonsumsi obat imunosupresan dalam jangka waktu panjang.
- Perokok
- Konsumsi alkohol tinggi
- Anak usia < 5 Tahun dal Lansia
- Memiliki kontak erat dengan orang dengan penyakit TB aktif yang infeksius.
- Berada di tempat dengan risiko tinggi terinfeksi tuberkulosis (contoh: lembaga permasyarakatan, fasilitas perawatan jangka panjang)
- Petugas kesehatan
Gejala Klinis TBC Tulang Belakang
Menurut National Library of Medicine an official website of the united states government oleh penulis Vibhu Krisna Viswanathan;Surabhi Subramanian (Agust 15,2022)
Presentasi klinis tuberkulosis tulang belakang bervariasi. Manifestasi tergantung pada durasi penyakit, tingkat keparahan penyakit, lokasi lesi, dan adanya komplikasi terkait termasuk kelainan bentuk dan defisit neurologis.
Pada penyakit yang tidak rumit, pasien biasanya mengalami nyeri punggung; sementara presentasi yang terkait dengan penyakit tulang belakang tuberkulosis yang rumit melibatkan kelainan bentuk, ketidakstabilan, dan defisit neuro. Nyeri punggung pada TBC dapat berhubungan dengan penyakit aktif itu sendiri (sekunder akibat peradangan), kerusakan tulang dan ketidakstabilan.
Nyeri saat istirahat bersifat patognomonik, dan jarang, nyeri radikular dapat menjadi gejala utama yang muncul. Gejala konstitusional termasuk penurunan berat badan atau nafsu makan, demam, dan malaise/kelelahan lebih jarang dikaitkan dengan tuberkulosis ekstrapulmoner daripada penyakit paru.
“Dengan mengetahui gambaran atau gejala klinis dari TBC tulang Belakang di era generasi digital harapannya tenaga Kesehatan terampil dan masyarakat mampu dengan cepat memahami dan mengenali gejala yang ada. Sehingga dapat membantu memberikan informasi dan pemahaman serta mengarahkan pasien ke Fasilitas Kesehatan untuk di periksa dan diobati.
Tahapan Pemeriksaan Tulang Belakang
1. Pemeriksaan Fisik
- Perubahan struktur tulang belakang (kyphosis) terlihat bungkuk.
- Tampak benjolan di tulang (abses/ Gibus) yang kadang dapat disentuh
- Nyeri sekitar tulang belakang dan semakin nyeri bila beraktifitas
- Terjadi kelemahan atau kelumpuhan pada otot.
- Nyeri pada bagian tulang belakang saat di tekan di bagian yang terdapat Abses.
2. Pemeriksaan Penunjang
Diagonisis definitif spondilitis tulang belakang hanya dapat dibuat dari pemeriksaan Laboratorium ( Mikroskopik Atau bakteriologi dan kultur jaringan) yang terinfeksi .Namun dapat dipertimbangkan dilakukan pemeriksaan radiologis Tulang belakang (x-Ray,CT- SCAN dan MRI) bila didapatkan gejala – gejala klinis dari TBC Tulang.
Diagnosis TB Tulang Belakang
Gejala TB tulang dan sendi tidak spesifik dan perjalanan klinisnya lambat sehingga menyebabkan keterlambatan diagnosis dan destruksi tulang dan sendi. Hanya 50% pasien dengan tuberkulosis tulang dan sendi yang foto toraksnya sesuai dengan TB sehingga menutupi diagnosis.
Nyeri atau bengkak merupakan keluhan yang paling sering ditemui Diagnosis TB tulang belakang dapat dikatakan positif bila hasil pemeriksaan Laboratorium menunjukan adanya infeksi dari Mycrobacterium tuberculosis dan harus mempertimbangkan diagnosis banding dari sakit tulang belakang yang lama,contoh nya (Hernia Nukleus Pulpusu,Kompresi pada saraf, Spondlylolysis dan fraktur pada tulang belakang akibat Trauma)
Terapi
Tujuan Pemberian terapi yaitu untuk menyembuhkan infeksi,memulihkan dan mempertahankan struktur dan fungsi tulang belakang serta mengurangi rasa nyeri pada tulang belakang.
Yang terdiri dari terapi farmakologis ( Dengan Obat) dan pengobatan non – farmakologis.
Rekomendasi Pengobatan TBC ekstra paru menurut Pedoman National Pelayanan Kedokteran Tatalaksana Tuberkulosis
- Terapi Farmakologis ( Obat- Obatan )
Terapi antibiotic awal OAT (Obat Anti Tuberkulosisi ) biasanya diberikan selama 9-12 bulan dengan mempertimbangkan penetrasi obat yang lemah ke dalam jaringan tulang dan jaringan fibrosa serta sulitnya memonitor respons pengobatan.
Respons klinis paling baik dinilai melalui indikator klinis seperti nyeri, gejala konstitusional, mobilitas dan tanda neurologis.
- Terapi Non Farmakologis
Tindakan Pembedahan di perlukan jika terdapat nyeri hebat,jika secara klinik terbentuk abses,jika tidak ada respon setelah menyuntikan antibiotic yang sesuai,jika tulang belakang mengalami perubahan bentuk atau mencegah kerusakan parah pada tulang atau jika terdapat kelumpuhan saraf.
Operasi dilakukan untuk mengeluarkan abses,mengurangi tekanan pada tulang belakang atau untuk menstabilkan tulang belakang
Dengan Mengetahui Informasi ,Gejala,Tanda , Pemeriksaan dan Pengobatan dari TBC diharapkan masyarakat dan tenaga medis terampil dapat :
- Mengobati TBC sedini mungkin sebelum terjadi komplikasi
- Mengendalikan penyebaran TBC di lingkungan sekitar
- Memberikan Vaksin BCG pada anak
- Memberitahukan kepada pasien untuk minum obat TBC secara teratur tanpa pernah putus hingga jangka waktu yang telah di tentukan.
- Jika muncul komplikasi diperlukan terapi pembedahan untuk stabilisasi tulang belakang.
- Pemakain masker untuk mencegah penyebaran kepada orang lain. (**)