Timika – Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Mimika, Reynold Ubra mengatakan, ada sembilan isu persoalan kesehatan yang menjadi program Pemerintah Kabupaten Mimika.
Salah satu yang menjadi isu prioritas adalah program penurunan angka kematian ibu dan anak hingga tahun 2030 mencakup kurang dari 70 per 100.000 kelahiran hidup.
Sementara angka kematian Balita kurang dari 12 per 10.000 kelahiran hidup. Diakhir tahun 2022 angka kelahiran hidup meningkat 80 per 100.000.
Hal itu disampaikan Reynold ketika menjadi pemateri dalam acara Forum Kemitraan Multi Pihak dengan tema ‘Para-Para SDGs-Timika No Komen’ Kehidupan Sehat dan Sejahtera. Kegiatan sehari ini berlangsung di Hotel Swiss Belinn, Selasa 6 Juni 2023.
Faktor lingkungan menjadi penyebab utama malaria. Ia mencontohkan wilayah Inauga, Pasar Sentral dan Wania menjadi tiga wilayah dengan angka malaria dan DBD tinggi.
Reynold dalam materinya juga memaparkan tentang Sustainable Development Goals (SDGs) atau tujuan pembangunan berkelanjutan. Untuk sektor kesehatan ada 17 cita-cita yang harus dicapai hingga tahun 2030.
Namun untuk Kabupaten Mimika terdapat sembilan isu yang menjadi program prioritas. Selain penurunan angka kematian ibu dan anak juga isu utama lainnya adalah malaria dan HIV-Aids. Berdasarkan hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) PT Freeport dan Dinkes, malaria berada diangka 1,0 persen.
“Tahun ini Kementerian Kesehatan kembali melakukan survey HIV-Aids. Sampai saat ini HIV-Aids masih diangka terkontrol 1 persen. Kita mulai tahun ini meningkatkan jumlah orang yang testing. Kecepatan testing malaria dan HIV-Aids juga menjadi isu utama,” paparnya.
Menurutnya, semakin banyak orang yang datang testing menjadi salah satu strategi membongkar fenomena gunung es.
Isu kesehatan lainnya adalah penyakit tidak menular. Kabupaten Mimika terhitung sejak Desember 2022 telah mengeluarkan Perbup Nomor 68 Tahun 2022 tentang kawasan bebas rokok. Aturan ini sudah diterapkan di lingkungan sekolah, fasilitas publik dan area perkantoran.
Terkait akses pelayanan kesehatan, Pemkab Mimika, PTFI, YPMAK telah mengitegrasikan Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) menjadi BPJS Kesehatan.
Berdasarkan data Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil (Disdukcapil) Mimika Tahun 2022 jumlah masyarakat peserta BPJS Kesehatan sebanyak 316.000 peserta atau bertambah 4.000 peserta dari tahun sebelumnya 312.000 peserta.
Reynold juga menargetkan, untuk masalah malaria di 24 kampung wilayah pegunungan yang selama ini diberi label warna merah, bisa berubah hijau pada Juni 2023.
Dinas Kesehatan dalam menangani malaria lebih kepada kontrol eliminasi transmisi lokal. Ada 152 kampung dan kelurahan di Mimika dan sisa 24 persennya berada di wilayah gunung. Dinkes menargetkan tahun ini ada satu juta orang yang test malaria.
Menurutnya, untuk mencegah malaria kembali kepada pola perilaku dalam mengkonsumsi obat. Faktor menjaga lingkungan, pelayanan kesehatan, deteksi dan pengobatan dan akses pelayanan kesehatan.
Faktor lingkungan menjadi penyebab utama malaria. Ia mencontohkan wilayah Inauga, Pasar Sentral dan Wania menjadi tiga wilayah dengan angka malaria dan DBD tinggi.
“Kita lewat di jalan-jalan lorong, rumput lebih tinggi dari manusia. Kondisi ini yang mempengaruhi tingginya sarang nyamuk,” paparnya.
Daniel Perwira, Manager CHD PTFI menjelaskan dalam menangani malaria tidak bisa berjalan sendiri-sendiri, melainkan harus berjalan beriringan dengan program kesehatan yang lain. Baik dari sisi Posyandu maupun edukasi kepada masyarakat.
PTFI dan Pemkab Mimika telah melaksanakan kesepakatan, bagaimana rencana kerja terkait pencapaian tujuan SDGs.
PTFI sudah menjalankan program malaria lebih dari 25 tahun semenjak beroperasi di wilayah dataran rendah. Dalam programnya tidak hanya fokus pada pelayanan pengobatan, tetapi juga pencegahan melalui kegiatan penyemprotan di rumah warga.
Termasuk melakukan survey penggunaan kelambu anti nyamuk. Program ini bekerjasama dengan Malaria Control dan puskesmas serta memberikan pelayanan pengobatan di klinik maupun Rumah Sakit Mitra Masyarakat (RSMM).
Kegiatan lainnya memberikan promosi dan edukasi kesehatan dengan membuka pojok-pojok malaria di klinik atau rumah sakit.
“Di situ kita berikan edukasi mengenai pola hidup bersih, sehat dan minum obat sampai tuntas,” katanya.
Ia menambahkan sejak tahun 2013, PTFI bersama YPMAK dan Pemkab Mimika membangun Malaria Center yang langsung dibawah kordinator Plt Bupati Mimika. Lokus pelayanan di wilayah SP9, SP12, Kampung Iwaka, SP3 dan beberapa titik lainnya.
Penggunaan kelambu sangat berperan mencegah digigit nyamuk pada saat tidur. Namun kesadaran masyarakat dalam menggunakan kelambu masih rendah dengan beragam alasan.
“Panas jika menggunakan kelambu atau susah memasangnya. Kita terus memantau seberapa efektif penggunaan kelambu yang dibagikan kepada masyarakat,” paparnya.
Sementara Donny Kabiai, HRD Manager PT Petrosea menjelaskan, Petrosea sebagai perusahaan privatisasi Freeport. Melalui program CSR mendukung pemerintah dalam hal menangani masalah malaria.
Perusahaan juga membentuk manajemen malaria dan kelelahan. Setiap karyawan yang hendak keluar dari area kerja harus mengenakan baju lengan panjang untuk menghindari gigitan nyamuk malaria. Pekerja boleh memakai baju lengan pendek setelah kembali dari areal kerja.
Melalui program CSRnya, saat ini PT Petrosea sementara melaksanakan aksi nyata intervensi malaria di Kampung Mandiri Jaya. Kegiatan yang dilakukan berupa kerja bakti kebersihan lingkungan dan mengedukasi masyarakat.
Program yang sudah berjalan sejak April 2023 bekerjasama dengan Puskesmas Pasar Sentral dengan memberikan sosialisasi kesehatan dan melayani pemeriksaan malaria.
Untuk diketahui acara Forum Kemitraan Multi Pihak dengan tema ‘Para-Para SDGs-Timika No Komen’ Kehidupan Sehat dan Sejahtera dibuka secara resmi oleh Yosep Manggasa, Sekretaris Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda) menggantikan Plt Bupati Mimika Johannes Rettob.
Hadir sebagai peserta para kader malaria, unsur pemerintahan distrik dan LSM. Turut hadir Kerry Yarangga, Manager External Coorporate Communication PTFI, Dr. Jeanne Rini Poespoprodjo, Sp.A, MSc, Ph.D, dr. Enny Kenangalem dari RSUD Mimika, perwakilan YPMAK, perwakilan Puskesmas Kwamki Narama. (redaksi)