“Sampah dikelola dengan baik, maka dalam sehari bisa menghasilkan 100 ton. Kalau satu kilo dihargai Rp1.000, berarti ada Rp100 juta per hari yang bisa beredar dari sampah”.
TIMIKA, Koranpapua.id– Bupati Mimika Johannes Rettob resmi me-launching program Bank Sampah yang digagas oleh Pemerintah Distrik Mimika Baru, Jumat 3 Oktober 2025.
Program ini diharapkan menjadi solusi nyata dalam penanganan persoalan sampah sekaligus memberi nilai ekonomis bagi masyarakat.
Joel Luhukay, Kepala Distrik Mimika Baru, menjelaskan bahwa program bank sampah sudah dimulai sejak 1 Juli 2025.
Mendukung pelaksanaan program ini, Pemdis Mimika Baru merekrut 22 tenaga pemilah sampah dari seluruh kelurahan di wilayah Mimika Baru.
Mereka dikontrak untuk bekerja selama enam bulan dengan upah setara UMK serta mendapatkan jaminan BPJS Ketenagakerjaan.
Dikatakan, pada bulan pertama, para pekerja turun langsung ke lapangan melakukan sosialisasi tentang cara memilah sampah rumah tangga.
Termasuk mengajak masyarakat untuk tidak membuang sampah sembarangan, tetapi dipilah untuk selanjutnya dijual untuk mendapatkan uang.
“Para pekerja juga mengikuti pelatihan pengelolaan sampah di Bank Sampah Induk Timika. Saat ini, mereka sudah mulai bekerja melakukan pemilahan sampah organik dan anorganik yang nantinya akan didaur ulang atau dijual kembali,” jelas Joel.
Bupati Johannes Rettob ketika meresmikan Bank Sampah, menekankan pentingnya kesadaran masyarakat dalam mengelola sampah.
Ia menilai, persoalan sampah di Timika sudah masuk kategori darurat.
“Sekarang kalau kita mau bilang, Timika darurat sampah. Sampah bertebaran di mana-mana, menyebabkan banjir, bahkan menjadi sumber penyakit,” tegas Bupati.
Padahal menurut Bupati kalau sampah dikelola dengan baik, maka dalam sehari bisa menghasilkan 100 ton.
“Kalau satu kilo dihargai Rp1.000, berarti ada Rp100 juta per hari yang bisa beredar dari sampah,” jelasnya.
Bupati menambahkan, pemerintah daerah terus mencari inovasi untuk mengatasi masalah ini, termasuk melakukan revisi Peraturan Daerah (Perda) tentang Pengelolaan Sampah.
Ia menargetkan dalam lima tahun ke depan, Tempat Pembuangan Akhir (TPA) di Iwaka bisa berubah menjadi Tempat Pengolahan Sampah Akhir yang lebih modern dan ramah lingkungan.
“Sampah jangan lagi kita anggap masalah, tapi harus kita lihat sebagai peluang ekonomi. Kalau diolah dengan baik, sampah bisa jadi pupuk kompos, pakan maggot, bahan bakar, bahkan menghasilkan pendapatan besar bagi masyarakat,” pungkasnya.
Bupati mencontohkan Kabupaten Banyumas yang sukses mengelola sampah hingga bisa memberi penghasilan tinggi bagi warganya.
“Mimika bisa meniru model tersebut dengan membangun pabrik pengolahan sampah di masa mendatang,” tambah Bupati.
Program Bank Sampah ini akan diuji coba di Distrik Mimika Baru, sebelum nantinya diperluas ke wilayah lain di Kabupaten Mimika.
Pemerintah juga menggandeng Bank BNI yang rencanya terjun ke sekolah-sekolah untuk mengedukasi siswa tentang pentingnya memilah sampah sejak dini.
“Harapan saya, ke depan masyarakat Mimika sadar bahwa sampah bukan untuk dibuang, tetapi untuk diolah. Dengan begitu lingkungan kita bersih, sehat, dan sekaligus memberi manfaat ekonomi bagi warga,” ujar Rettob. (*)
Penulis: Hayun Nuhuyanan
Editor: Marthen LL Moru