JAYAPURA, Koranpapua.id- Seluruh korban akibat kerusuhan di Kabupaten Yalimo, Papua Pegunungan dievakuasi ke RS Bhayangkara Jayapura untuk mendapatkan perawatan medis secara gratis.
AKBP Dr. dr. Rommy Sebastian, M.Kes., M.M., CPM, Kepala RS Bhayangkara Polda Papua dalam keteranganya mengatakan, kondisi seluruh korban mulai membaik, meski beberapa masih dalam perawatan intensif.
Dua anak mengalami luka berat akibat bacokan, sementara empat ibu, satu bapak, dan satu bayi dalam kondisi lemah akibat kelelahan dan dehidrasi.
Rommy menegaskan bahwa seluruh pelayanan medis diberikan secara gratis sesuai arahan Kapolda Papua.
“Kami tidak memungut biaya sedikit pun. Ini adalah tanggung jawab dan pelayanan kami sebagai Polri untuk masyarakat,” ujarnya.
Polda Papua menegaskan akan terus memberikan dukungan penuh, baik medis maupun psikologis, untuk memastikan korban pulih sepenuhnya.
Sebagian korban yang telah stabil diperbolehkan pulang, sementara yang masih membutuhkan perawatan tetap ditangani oleh tim medis secara intensif.
Polda Papua Laksanakan Trauma Healing
Sementara itu, Bagian Psikologi Biro SDM Polda Papua juga melaksanakan trauma healing atau pendampingan konseling kepada para korban peristiwa kerusuhan di Kabupaten Yalimo.
Kegiatan ini berlangsung di Rumah Sakit Bhayangkara, Kamis 18 September 2025.
Tim trauma healing dipimpin oleh Kompol Stenly Stevanus Harjo, S.Psi, Kabag Psikologi Biro SDM Polda Papua, bersama Penda I Alvia Pradipta Putri, M.Psi., Psikolog, Paur Subbag Psipol Bagpsi.
Turut hadir dalam kegiatan tersebut Kepala Rumah Sakit Bhayangkara Polda Papua, AKBP Dr. dr. Rommy Sebastian, M.Kes., M.M., CPM.
Sebelum pelaksanaan konseling, tim psikologi melakukan koordinasi dengan pihak Rumah Sakit Bhayangkara untuk memastikan kesiapan fasilitas dan kondisi korban.
Setelah itu, tim segera melakukan pengecekan langsung ke ruang perawatan guna memberikan pelayanan trauma healing.
Pendampingan konseling diberikan kepada sejumlah korban, di antaranya Eisrahmawati (23), Tasya (22), Yanti (50), Ema (33), Efelin (7 bulan), Atifah Muthasaddika (8), Rudi Saranga (36), serta Arsyaka Daffa Abdori (9).
Dalam pelaksanaannya, konseling difokuskan pada pemulihan psikis korban, khususnya gejala trauma seperti ketakutan, kecemasan, kesulitan tidur, serta ingatan yang mengganggu akibat peristiwa kerusuhan.
“Dari korban yang kami tangani, sebagian besar mengalami ketakutan, kecemasan, dan kesulitan tidur. Kami memberikan psikoterapi agar mereka merasa lebih nyaman, tenang, dan cemasnya berkurang,” ujar Kompol Stenly.
Ia menambahkan, Bagian Psikologi Polda Papua siap memberikan pelayanan psikologis kepada masyarakat yang membutuhkan, baik terkait peristiwa sosial maupun bencana alam. (Redaksi)