TIMIKA, Koranpapua.id– Persatuan Karya Dharma Kesehatan Indonesia (Perdhaki) secara rutin memberikan edukasi kesehatan malaria kepada masyarakat Mimika, Provinsi Papua Tengah.
Edukasi malaria yang dilakukan Perdhaki, salah satu lembaga sosial yang bernaung dibawah Yayasan Caritas Timika Papua (YTCP) Keuskupan Timika, bertujuan untuk memutus mata rantai penularan malaria di masyarakat.
Perdhaki merupakan asosiasi dari karya kesehatan Katolik di Indonesia yang didirikan pada tanggal 27 Juli 1972 dan telah banyak terlibat dalam program kesehatan di Indonesia, salah satunya program malaria di Kabupaten Mimika.
Martinus Ngauk, Penanggungjawab Program Malaria Sub-Sub Recipient (SSR) Paroki Emanuel Mapurujaya menjelaskan Perdhaki dalam pelayanan bekerjasama dengan Dinas Kesehatan Kabupaten Mimika.
Dalam pelayanan kepada masyarakat, Perdhaki dibagi dua yaitu, Perdhaki SSR wilayah Paroki Santo Petrus SP3.
Di wilayah ini, Perdhaki bekerjasama dengan BLUD Puskesmas Jileale, BLUD Puskesmas Kwamki Narama, BLUD Puskesmas Timika Jaya, BLUD Puskesmas Limau Asri dan BLUD Puskesmas Timika.
Sementata Perdhaki SSR Paroki Emanuel Mapurujaya dengan wilayah pelayanan kader dan relawan malaria meliputi 14 Puskesmas.
Diantaranya, BLUD Pasar Sentral, BLUD Puskesmas Wania, BLUD Puskesmas Mapurujaya, Puskesmas Agimuga, Puskesmas Ayuka serta beberapa wilayah yang ada di gunung dan pesisir.
“Kader kami tersebar di kampung-kampung dan kelurahan, ada dalam kota juga pesisir dan gunung,” jelas Martinus kepada koranpapua.id di ruang kerjanya, Kamis 1 Agustus 2024.
Martinus menuturkan, untuk memberikan edukasi bagaimana pola hidup sehat, kader Perdhaki turun langsung ke lingkungan masyarakat dan lembaga sekolah.
Masyarakat diajak untuk menjaga kebersihan lingkungan supaya bebas sampah, bebas genangan air dan tidur malam selalu menggunakan kelambu.
Selain tatap muka, kader akan membuat suatu kesepakatan dengan masyarakat yang dikunjungi, untuk bersama-sama melakukan kerja bakti membersihkan lingkungan.
Karena solusi berantas malaria yang paling baik hanya dengan menjaga lingkungan tetap bersih, bukan dengan konsumsi obat malaria terus menerus.
Selain memberi sosialisasi waspada terhadap gigitan nyamuk malaria dan selalu menjaga kebersihan lingkungan, kader Perdhaki juga mengunjungi warga melayani screening pemeriksaan darah.
Kepada warga yang ketahuan positif malaria diberikan pendampingan minum obat hingga tuntas.
Termasuk melakukan pemantauan titik risiko penyebaran nyamuk dan pemantauan penggunaan kelambu.
“Jadi satu orang kena malaria maka semua yang ada dalam rumah wajib di screening, termasuk tetangga untuk mengetahui apakah warga di sekeliling rumah sudah tertular atau belum,” paparnya.
Dikatakan semua hasil screening dan data temuan kasus malaria di lapangan, akan dilaporkan ke BLUD Puskesmas.
Data-data tersebut oleh BLUD Puskesmas akan mengirim ke Dinas Kesehatan, sementara data di Perdhaki dikirim ke Perdhaki Pusat di Jakarta.
“Kader malaria Perdhaki dalam bekerja dibawah pengawasan BLUD Puskesmas masing-masing. Karena dalam bekerja kader didampingi seorang Tenaga Kesehatan (Nakes),” katanya.
Dengan Nakes pendamping, petugas kader malaria tidak bekerja sendiri, karena berhubungan dengan pemberian obat malaria yang hanya boleh diberikan oleh Nakes.
Peran kader di lapangan yakni membantu pengambilan darah, sosialisiasi pola hidup sehat, mengajak warga kerja bakti.
Termasuk turun memantau kondisi kebersihan lingkungan serta memberi penyuluhan penggunaan kelambu yang baik setiap bulan.
Selain kader kata Martinus, Perdhaki juga membentuk relawan malaria yang jumlahnya saat ini hanya dua orang.
Satu orang berkoordinasi dengan enam Puskesmas di wilayah SSR Paroki Santo Petrus SP3 dan satu orang untuk melayani 14 Puskesmas di wilayah SSR Paroki Emanuel Mapurujaya.
Keduanya bertugas mengunjungi masyarakat dari kampung ke kampung dan kelurahan, RT hingga di sekolah-sekolah.
Di lapangan relawan malaria memberikan penyuluhan kesehatan mencegah malaria.
Setelah sosialisasi dilanjutkan dengan membuat komitmen dan kesepakatan terkait dengan program yang akan dilakukan pada bulan berikutnya.
Pada setiap kegiatan, relawan berkaloborasi dengan masyarakat kampung, kelurahan dan RT.
Begitupun kegiatan di lembaga pendidikan, semua warga sekolah turut ambil bagian.
Sebagai bentuk komitmen berantas malaria selain merekrut kader malaria dan relawan, Perdhaki telah memberikan pelatihan kepada tokoh kunci dalam membasmi malaria.
Tokoh kunci ini merupakan orang-orang yang dipandang mempunyai pengaruh di masyarakat seperti kepala kampung, tokoh masyarakat, tokoh agama, perempuan dan tokoh adat.
Dengan adanya tokoh kunci ini diharapkan mereka mampu menjadi penggerak dalam memberikan kesadaran warga sehubungan dengan pola hidup sehat.
Dijelaskan tokoh kunci yang mengikuti pelatihan dua bulan lalu diambil dari wilayah yang tingkat kasus malarianya tinggi.
Khusus di wilayah BLUD Mapurujaya yaitu Kepala Kampung Mwumare bersama aparat kampung, lurah Wania atau sekretaris dan tokoh adat.
Cara ini agar selain bertujuan agar semua tokoh kunci mendapat pemahaman yang sama bagaimana menangani malaria, mereka juga mengenal para kader yang melaksanakan tugas di lapangan. (Redaksi)