TIMIKA, Koranpapua.id- Sebanyak 120 pejabat Eselon III dan IV perwakilan dari Organisasi Perangkat Daerah (OPD) di lingkup Pemkab Mimika mengikuti Pelatihan Kepemimpinan Administrasi (PKA) dan Pelatihan Kepemimpinan Pengawas (PKP), Senin 7 Agustus 2023.
120 peserta pelatihan tersebut dibagi dua yaitu, 60 pejabat dari 48 OPD mengikuti PKA dan 60 pejabat dari 47 OPD mengikuti PKP.
Kegiatan peningkatan kompetensi tersebut dibuka Pj. Bupati Mimika Valentinus S. Sumito berlangsung di salah satu hotel di Timika. Turut hadir Pj. Sekda Mimika Petrus Yumte, Plh Asisten 2 Petrus Lewa Koten, Asisten 3 Setda Mimika Hendritte W. Tandiono.
Hadir juga Kepala Badan Kepegawaian Pengembangan Sumber Daya Manusia (BKPSDM) Ananias Faot. Sementara narasumber dalam dua kegiatan diatas dari Widyaswara BKPSDM Provinsi Papua.
Pj. Bupati Mimika Valentinus dalam sambutan menegaskan dalam meningkatkan kualitas pelayanan publik pada kinerja ASN perlu mengembangkan kompetensi, baik kompetensi teknis, kompetensi manajerial, dan kompestensi sosial kultural.
Semua kompetensi tersebut wajib dimiliki pada setiap pemangku jabatan, yakni pejabat administrator dan pejabat pengawas. Kompetensi yang dikembangkan dalam PKA ini adalah kompetensi manajerial, berupa pengetahuan, skiil dan attitude.
“Ini tiga hal yang paling dibutuhkan didalam pribadi seorang ASN. Kalau saya ditambahkan dengan performance. Karena tampilan bapa ibu juga mencerminkan kemampuan,” ujar Bupati Valentinus.
Pengetahuan, Skiil dan Attitude sekarang menjadi yang paling dituntut. Walaupun cerdas, namun ketika tidak memiliki attitude maka tidak ada berarti.
“ Kalau tidak punya attitude, maka silahkan anda duduk di sebelah kiri dulu. Karena paling utama kita memadukan attitude, skiil dan pengetahuan,” tandas Bupati Valentinus.
Menurutnya, banyak orang pandai namun tidak santun. Dan itu sangat menyakitkan. Begitupun banyak orang yang sangat santun tetapi tidak didukung dengan skiil akan ditinggalkan.
Makanya ketiga-tiganya perlu berjalan seimbang untuk bisa menciptakan kualitas yang bagus dari seorang ASN. Pengetahuan, Skill dan attitude dapat diamati, diukur, dikembangkan untuk memimpin atau mengelola unit sebuah organisasi.
Semua hal yang berkaitan dengan tiga kualitas ASN jelas diamanatkan UU Pasal 217 ayat 5, Peraturan Pemerintah Nomor 17 Tahun 2020 sebagai perubahan Peraturan Pemerintah Nomor 11 Tahun 2017 tentang Manajemen ASN.
“Kegiatan kita hari ini sebagai upaya melakukan manajemen kepegawaian. Bagaimana meningkat kualitas, meningkatkan kompentensi. Ini kesempatan bagi bapa ibu sekalian untuk menunjukan kompetensinya,” pesan Bupati Valentinus.
Kepada peserta, Bupati Valentinus memotivasi agar suatu saat bisa tampil di hadapan ASN dan berbicara sama seperti dirinya. Hal itu bisa terwujud apabila peserta mengikuti kegiatan tersebut dengan baik.
Peserta jangan menganggap pelatihan hanya sekedar formalitas, hanya sebagai syarat naik pangkat, untuk syarat mendapat jabatan.
“Kalau cuman itu yang ada di dalam pikiran bapa ibu, maka pasti ada batasannya dan tidak akan berkembang dengan baik,” tambah Bupati Valentinus.
Melalui pelatihan ini, diharapkan peserta mampu menjadi pemimpin yang memiliki level kompetensi di kepemimpinan, sesuai standar jabatan.
Dengan demikian akan menjamin terlaksanakan akuntabilitas jabatan administrator dan pengawas, serta memiliki kemampuan dalam memimpin pelaksanaan kegiatan.
“Di Jakarta sekarang lagi bentuk Skuad Tim. Kedepan nanti sudah tidak dibedakan lagi dengan jabatan eselon IV, III dan II. Kita semua adalah fungsional,” pungkas Pj Bupati.
ASN dituntut memiliki skill. Skuad Tim itu mulai mengajarkan bagaimana kita bekerja dalam satu tim, dan dipimpin oleh satu orang yang betul-betul bisa mengatur, bukan menjadi pemimpin karena menduduki Eselon II, III atau IV.
Begitu bapa ibu diperintahkan oleh pimpinan untuk mengerjakan sesuatu pekerjaan, berarti dalam pikiran harus sudah mendapat tema dan judul. Dari situ akan dicari orang-orang yang menjadi satu tim dari seluruh OPD.
Itu mengajarkan kita untuk bekerjasama antar OPD. Nanti akan muncul sendiri siapa pemimpinnya bukan karena jabatannya. “Sama dengan kita Focus Grup Discusion. Ini adalah proses pembelajaran yang baik. Di situ akan ketahuan siapa yang pantas jadi pemimpin dan siapa yang pantas jadi staf,” paparnya.
Bupati Valentinus berharap dalam pelatihan ada proses penilaian yang betul-betul netral yang menjadi acuan untuk kedepannya. Melalui pelatihan sebagai kesempatan untuk meraih prestasi, baik dari sikap dan perilaku.
Yang meliputi moral yang baik, dedikasi dan loyalitas dalam tugas organisasi, kemampuan menjaga reputasi diri dan instansinya serta sehat jasmani dan rohani.
Termasuk berkomitmen, berbudaya kerja yang tinggi, sebagai upaya menciptakan pemerintahan yang bersih, berwibawa dalam mendukung terwujudnya good gavernance.
“Terkadang kita sudah berbuat baik, tapi orang tetap menilai tidak baik. Ada orang yang mengatakan dirinya paling bermoral, mengajarkan tentang moral sementara yang dilakukan tidak bermoral. Ada orang yang mengatakan dirinya paling disiplin ternyata sebaliknya. Mari kita tumbuhkan dalam diri kita masing-masing,” ajaknya.
Moralitas itu diukur dari perilaku sehari-hari dalam kehidupan. Tidak perlu menilai orang baik atau buruk. Cukup dengan melakukan kebaikan tiap hari.
Jangan pernah berhenti melakukan hal-hal yang baik. Jangan hanya mendikte orang bahwa tidak bermoral dan tidak mengerti. Sebab hal itu tidak pantas.
“Silahkan mengasah diri bapa ibu. Tingkatkan moral, dedikasi dan loyalitas. Jangan karena merasa lebih tua lalu dipimpin oleh yang lebih muda terkadang kita cuek. Itu tidak bisa. Kita terikat dalam satu aturan organisasi,” tegas Bupati Valentinus .
ASN harus loyal siapapun yang jadi pemimpinnya. Itulah konsekuensi memilih jadi ASN. Hilangkan pikiran bahwa yang menjadi pemimpin bukan orangnya, jadi tidak perlu patuh perintah pimpinan. (redaksi)